Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pagi yang Cantik

20 Oktober 2018   07:04 Diperbarui: 20 Oktober 2018   07:14 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di hadapan rumpun bunga sepatu. Aku menunggu. Jatuhnya cahaya pertama. Pada pagi yang menyelesaikan kebutaannya.

di antara pokok kamboja. Aku menajamkan tatap mata. Menelisik doa-doa yang tertinggal. Setelah malam menamatkan kegelapannya yang janggal.

di depan pohon cemara. Aku menyusur embun yang bergantung pada ketiak daunnya.  Tak lama akan berjatuhan. Mendarat di rerumputan. Menyatakan diri sebagai unsur kebahagiaan.

di bawah sulur padat tanaman markisa. Aku menghitung jumlah buahnya. Satu demi satu. Sampai nanti ketemu yang manakah mengandung rindu.

pagi yang begitu terhormat. Menyapa dengan khidmat. Setiap orang yang melalu-lalangkan mata. Sembari menerka apakah sore nanti hujan akan tiba. Setelah cakrawala membiaskan pertanda yang ada.

pagi sangat cantik. Memainkan bulu matanya yang lentik. Berupa luruhan daun-daun. Melayang di udara yang santun. Mengikuti angin yang menggiringnya berduyun-duyun. Jatuh di tanah yang basah. Berjajar rebah.

Di sinilah periodenya menjadi serasah dimulai. Memutar siklus kehidupan berulang kembali.

Bogor, 20 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun