Katamu kau sedang mencumbu rindu. Pada setiap helaan nafas, rasanya seperti tikaman ujung paku. Mengalirkan darah yang tak lagi merah. Sebab telah bernanah.
di dalam kesepian, kau menyebutkan keramaian, berulang-ulang. Sepertinya kau berharap ada halilintar datang, dari langit yang sedang biru, tak ada awan, tanpa sedikitpun tanda kelahiran hujan.
di dalam kesendirian, kau menggambar pasar, di matamu yang nanar. Nampaknya kau ingin menggiring rasa tak sabar, ke pertapaan, tempat terakhir yang mesti didatangi ketika kehendak barbar hendak menguar.
di tengah malam, kau melepas kebingungan, dalam kegelapan. Rupanya kau mau menyimpan rahasia, serapat-rapatnya, sampai kelak udar dengan sendirinya.
itulah caramu mencumbu rindu. Dengan berusaha mencederai waktu. Merusak pendulumnya, membalik angka demi angka, mencekik setiap detik, laksana kemarahan ular derik.
caramu mencumbu rindu sama sekali tak terbayangkan. Kau meraihnya dalam pelukan, memagutnya pada kehangatan, lalu membunuhnya dengan sekali tikam.
Bogor, 19 Oktober 2018