Kali ini senja melemparkan senyum. Hari yang begitu panas sementara berlalu. Keringat habis bertumpahan hari ini. Entah bumi yang sedang marah. Atau langit yang malah nyaris tuntas menguras nanah.
Lukanya yang menganga meruyak begitu parah. Setiap hari ribuan ton asap tak beradab memanggang punggungnya yang terbuka. Sementara dia melindungi bumi dari sergapan ganas matahari. Berbondong-bondong orang terus saja mengasapi.
Dalam senyumnya, sebenarnya senja berduka. Jika hal ini terjadi tanpa jeda, jingganya akan segera menua. Diselimuti hujan jelaga.
Sekarang saja sebagian orang sudah lupa kalau senja masih tegak. Dikiranya senja adalah pintu gerbang renta yang engselnya rusak. Menuju ruang-ruang gelap yang begitu banyak menyimpan rahasia hati. Juga dinihari yang punya kekuatan membersihkan jati diri.
Tepat pada waktunya. Senyum senja menghilang paksa. Berganti malam yang juga akan bercerita tentang kisahnya. Sama saja. Tak ada bedanya. Tentang luka dan juga duka.
Jakarta, 17 Oktober 2018