Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Itu

17 Oktober 2018   06:21 Diperbarui: 17 Oktober 2018   06:38 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kepada langit malam perempuan itu tengadah
mencari di sana barangkali ada cinta yang tumpah
mungkin dari gugusan bintang
di tampilan etalase rasi yang terang

kepada keramaian jalanan perempuan itu mencari kata-kata
paling tepat untuk memindahkan sunyi yang bergelayut di mata
juga letih tak kira-kira
yang membuat akar pohon di dalam jiwa

kepada purnama yang masih jauh perempuan itu mengajukan keluhan
begini rupanya menjadi kekasih bulan
hati mudah sekali menyempit
terutama saat lekuk tubuh bulan sedang menyabit

kepada kesendirian perempuan itu melemparkan tatap mata
inilah sosok yang menemaninya begitu lama
mengaku mengasihi padahal sebenarnya menjejalkan sunyi
mengatakan mencintai namun sesungguhnya hanya menunggunya mati

kepada dirinya sendiri perempuan itu mempersembahkan bait-bait puisi
tentang kegembiraan dan kebahagiaan yang lama berbasa-basi
menghiburnya saat menjelang pagi
namun sekaligus memperlihatkan bagaimana cara pagi bunuh diri

Jakarta, 17 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun