Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Penadah Cintamu yang Tumpah

20 September 2018   14:02 Diperbarui: 20 September 2018   14:06 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sesungguhnya aku ini penadah.  Dari cintamu yang tumpah.  Berupa petikan api, mengendarai cahaya matahari, ketika pagi.  Merupa kunang-kunang, menumpang arak-arakan petang, saat senja menjelang. 

Apakah itu sebuah kejahatan, atau fase dari perjalanan? Aku tak tahu, aku tak mau tahu.  Aku hanya menjalani perintah waktu.  Untuk mengemas rindu. Lalu mengirimkannya tanpa ragu.

Jika kemudian aku gagu.  Tak mampu mengaku.  Ijinkan aku diajari lautan.  Bagaimana cara menghela gelombang.  Agar tak menghancurkan.  Pesisir yang selalu ditempatkan pada area kegamangan.

Jika kemudian aku gagap. Tak bisa jelas mengungkap.  Mohonkan aku boleh mengudap kegelapan.  Supaya aku bisa merasakan malam saat menuruni kerongkongan.  Agar sanggup sebaik-baiknya mencerna.  Sebab gagap dan gelap seringkali menggiring asa.  Ke jurang yang dalam menganga.

Jika kemudian aku pengar.  Telinga dan hatiku dipekakkan halilintar.  Perkenankan aku berkirim kabar.  Melalui merpati yang katanya tak pernah ingkar janji.  Supaya kau mengerti aku adalah penyamun yang baik hati.  Menculikmu di pertengahan mimpi, kemudian membangunkanmu tepat saat aku ada di sisi.

Bogor, 20 September 2018

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun