Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menghadapi Senja yang Berkeruh Muka

27 Agustus 2018   17:56 Diperbarui: 27 Agustus 2018   18:02 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setelah kita sempat berbantah tentang tuba yang berasa semanis perasan Nira.  Dan bersitegang kenapa madu dari sarang lebah mesti tumpah di genangan jura.  Ada satu hal lagi.  Kau sempat menyinggung mengenai rasa senang yang terjeruji.  Di sebuah pedalaman tempat sunyi dilahirkan.  Dari rahim kesepian.

Kesepian adalah ibu terbaik bagi kegaduhan.  Meredam dentaman di dada dengan elusan di kepala.  Membisikkan kata hiburan yang menggembirakan, dunia belum berakhir sampai kau sendiri memutuskan untuk menguburkan harapan.

Dan disinilah kita.  Bersama menghadapi kemarahan senja.  Termangu seperti gunung es yang beku.  Di samudera putih beralas jejak kaki beruang yang sedang berburu.  Atas perintah waktu.

Tidak ada alasan sedikitpun untuk berperang kata-kata dengan senja yang sedang berkeruh muka dan mengerutkan alis mata.  Lebih baik kita menyapanya dengan kidung Dandang Gula warisan Sunan Kalijaga.  Banyak kebaikan di setiap syairnya.  Mengingatkan kita dan juga senja, bahwa berbaik sangka ternyata bisa menunda jatuhnya airmata.

***

Jakarta, 27 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun