Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kejadian Ketika Purnama Melepas Cadar

14 Agustus 2018   17:12 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:13 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungguh mudah kau meludah. Tak kah kau iba melihat sore memerah karena payudaranya habis diperah? Oleh orang-orang yang berjudi dengan mendung. Taruhannya adalah hujan akan berjatuhan dengan murung.

Setelah meludah kau malah menyebabkan petang kesurupan. Kau susupi benaknya dengan pengetahuan bahwa bulan tak lagi perawan. Kesuciannya direnggut paksa gerhana. Di sebuah fase waktu saat matahari dan bumi tak saling bertegur sapa.

Tapi kemudian kau merayu lupa. Agar tak lagi mengingatkanmu tentang cinta. Kau sudah menyimpannya begitu dalam. Ketika memutuskan kehangatan hati itu cukuplah suam-suam.

Terlalu mendidih membuat jantungmu perih. Memompa lagi ingatanmu tentang pedih. Ketika ternyata senja lebih suka menyatakan cinta terhadap purnama. Tak peduli betapa malam selalu rela menyediakan bahunya. Sebagai tempat bersandar sekaligus melipat cadar. Begitu cahaya purnama perlahan-lahan memudar.

Jakarta, 14 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun