Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jantung Senja Sedikit Terluka

16 Juli 2018   19:36 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:58 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seluput-luputnya membidik jantung senja dengan anak panah yang dilumuri tinta hitam, paling tidak warna merahnya akan tertulari buram.  Maka berhasil lah rencana untuk mengacaukan petang.  Ke dalam kecemasan yang utuh bahwa langit seakan-akan hendak runtuh.

Semua diskenariokan secara sempurna oleh orang-orang yang menyukai kekacauan.  Mengebiri kedamaian untuk mendapatkan keuntungan kecil yang disebut kegelapan.  Dalam kegelapan mereka mudah menyelinap dan mengendap-endap.  Menangkap apa saja yang terlihat bisa menggemukkan pantat.

Saat senja melumuri tubuhnya dengan darah yang berasal dari amarah.  Tidak terima atas kekejian segala rencana yang tertumpah.  Wajahnya berubah pahit.  Sepahit bulan sabit yang kesepian.  Purnamanya masih lama.  Dia belum bisa mengalihkan tatapan manusia.  Agar setidaknya dua detik saja menengoknya.

Jantung senja mungkin cuma sedikit terluka.  Tapi kepedihannya sanggup menajamkan taring malam.  Menjadikannya malam paling jahanam.  Lahirlah dari rahimnya drama-drama paling muram.  Mengingatkan siapa saja untuk menutup pintu.  Dari situ akan berduyun-duyun masuk masa lalu.

Jakarta, 16 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun