Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi │Pementasan Orkestra Pagi

16 Juli 2018   11:53 Diperbarui: 16 Juli 2018   12:24 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rupanya aku salah membaca. Katanya pagi mengumumkan hendak mementaskan orkestra. Sudah disiapkan barisan biduan yang terdiri dari Tekukur dan Cucakrawa. Diiringi musik yang dimainkan oleh pecahan embun, gesekan daun, dan tetesan hujan yang berayun. 

Aku terpaksa kecewa. Kabar itu ternyata sudah kadaluarsa. Konser itu terjadi di masa silam. Ketika menara tinggi dulu adalah sekumpulan Meranti, Puspa dan Angsana. Bukan struktur rumit besi, baja dan kaca. 

Seandainya pertunjukan megah itu terjadi sekarang. Aku yakin para penontonnya akan berurai airmata. Luluh kebekuan hatinya dan memulai hari dengan mata sejernih kanta. Lupa pada serapah yang selalu siap di ujung lidah. Ketika riuh dan bising menyampah di telinga.

Andaikata pagi bisa memutar ulang masa lalu. Bukan sekedar rekaman sejarah yang berlalu. Aku percaya bahagia bukan sekedar kiasan dari makna. Tapi benar-benar frasa yang merasuk dalam jiwa.   

Jikalau saja. Ada cermin yang bisa meluluskan sebuah pinta. Aku akan meminta pengumuman itu dicetak lagi. Lalu disebarkan di seluruh muka bumi. Agar para penghuni memahami.  Apa sesungguhnya keistimewaan dari pagi.

Jakarta,16 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun