Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Negeri Tulang Belulang (Kapal Karam)

2 Juli 2018   16:58 Diperbarui: 2 Juli 2018   16:57 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ran merasakan kakinya perih sekali terkena serpihan kayu.  Entah seperti apa parahnya tapi dia berdoa semoga saja tidak patah.  Ketua team ekspedisi yang tangguh ini menguatkan diri. Memeriksa keadaan teman-temannya satu persatu.  Semuanya mengalami luka ringan kecuali Cindy.  Gadis itu segar bugar tak kurang suatu apa.  Ran sama sekali tidak heran.

Semuanya memandang ini sebagai sebuah keajaiban.  Bagaimana tidak.  Jalan mereka buntu karena terhalang sungai lava.  Dikejar makhluk mengerikan serupa naga.  Diselamatkan oleh pohon yang kebetulan terdapat lubang sarang di dalamnya.  Dan yang paling utama adalah pohon besar ini juga yang menyeberangkan mereka ke pantai sekaligus lolos dari kejaran makhluk mengerikan itu.  Ini luar biasa!  Sebuah skenario yang hanya bisa ditulis oleh tangan Tuhan!

Cindy memeriksa kaki Ran yang terlihat kesakitan.  Tidak apa-apa.  Hanya sedikit luka tusuk dari serpihan kayu.  Cindy membersihkan luka itu lalu membebatnya.  Meskipun terpincang, Ran sanggup berdiri kembali dan memerintahkan Rabat dan Ben untuk melakukan eksplorasi pantai ini.

Rabat dan Ben memulai penyelidikan.  Pantai ini sungguh landai walau ada juga batu-batu karang besar tergeletak berpencar di sana sini.  Lautnya nampak begitu indah sehabis badai.  Garis pantainya sangat panjang.  Akan perlu waktu seharian jika harus menelusuri dari ujung ke ujung.  Sedangkan hari mulai gelap.  Matahari tak lama akan tenggelam.  Lebih baik jika mereka mencari tempat bermalam yang aman dan juga makanan.

Keduanya mencari-cari dengan teliti.  Menemukan beberapa batu karang besar menjorok ke arah laut.  Bahkan ada yang seperti membentuk formasi.  Pantai yang landai itu menjadi semakin menarik karena gugusan karang yang berserakan.  Keduanya bergerak ke gugusan karang besar itu untuk mencari tempat perlindungan dan barangkali menangkap ikan jika memungkinkan.

Ben yang pertama melihat.  Kapal!  Teriaknya mengagetkan Rabat.  Rabat menengok arah yang ditunjuk Ben.  Benar.  Nampak jelas sosok besar kapal yang tersandar di di antara 2 karang besar. Pantas saja sejak tadi tidak terlihat.  Sebuah kapal yang apabila dilihat dari bentuknya adalah kapal zaman....pertengahan!  Sebuah kapal kayu besar dengan banyak tiang layar. 

Kapal itu masih terlihat kokoh.  Memang sudah berlubang di sana sini namun tidak nampak hancur berantakan.  Kedua pria itu mendekati.  Kapal itu seperti disangga oleh 2 batu karang sehingga cukup mudah mencapainya.

Ternyata kapal itu kapal perang.  Masih terlihat beberapa moncong meriam karatan di dinding kiri kapal yang menghadap daratan.  Ben menceburkan diri ke laut.  Kapal itu cukup dekat.  Setelah sedikit berenang di air yang tenang, Ben menaiki karang dan mengamati.  Ada yang aneh dari kapal kuno itu.  Tapi apa?  Ben melambaikan tangan kepada Rabat yang menunggu di tepian.

Rabat mendatangi Ben.  Keduanya berdiri di batu karang dan persis berada di depan lambung kapal.  Ah ini dia!  Kapal layar zaman pertengahan namun terdapat baling-baling dari baja di haluan.  Aneh!  Bukankah orang zaman dahulu menggerakkan perahu menggunakan dayung dan hanya terdapat bilah kemudi di haluannya.  Ini kapal paling tidak masuk akal yang pernah saksikan.

Satu lagi, setelah sekian abad terendam air laut seharusnya kapal ini berlumut.  Ditumbuhi karang dan menjadi terumbu bagi ikan-ikan.  Ini tidak.  Kapal ini meskipun koyak di beberapa tempat tapi masih semulus baru keluar galangan.  Sinting.  Ini penemuan sinting.

Rabat mencari cara bagaimana memasuki kapal misterius ini.  Sebuah tangga atau lubang atau apa saja.  Dia menemukannya!  Sebuah lubang yang mengoyak buritan kapal terlihat menganga.  Rabat menggamit lengan Ben agar mengikutinya.  Keduanya berjalan dengan hati-hati.  Batu karang ini sangat licin. 

Sambil sedikit merangkak karena lubang itu ternyata agak kecil, kedua anggota team ekspedisi itu berhasil masuk kapal untuk dibuat tercengang tak karuan.  Apa yang mereka temui sekarang jauh lebih mengejutkan dibanding baling-baling kapal.  Buritan kapal ini dipenuhi tabung-tabung besar yang terbuat dari fiberglass!

Ben dan Rabat makin tertarik menyelidiki.  Tapi ini akan makan waktu lama sementara hari makin menggelap.  Mereka teringat kepada anggota team lain yang pasti sedang menunggu hasil penyelidikan mereka mencari tempat bermalam.  Ben meraih Handy Talky di pinggangnya.  Salah satu perlengkapan yang tidak ikut ditinggal saat mereka di kejar ular berkaki itu.

"Serigala 1 monitor...di sini rubah 2 hendak lapor..." Ben mendekatkan HT ke telinga, takut respon dari Ran tidak bisa jelas diterima.  Dugaan Ben benar.  Hanya suara kemrosok saja yang keluar dari speaker HTnya.  Setelah beberapa saat mencoba dan tidak ada hasilnya, Rabat dan Ben memutuskan melanjutkan penyelidikan terlebih dahulu supaya saat mereka kembali ada kesimpulan yang bisa dibawa.

Rabat dan Ben semakin dipenuhi keheranan tingkat tinggi melihat keseluruhan isi kapal karam itu.  Di ruang kemudi, semua peralatan navigasi canggih mereka temui.  Masuk ke geladak dan memeriksa ruang-ruang tidur awak kapal mereka mendapati ruang-ruang tidur mewah dan nyaman.  Bahkan di dapur kapal mereka melihat peralatan memasak masa kini.

"Ini kapal modern Rab.  Bukan kapal layar zaman dahulu," Ben berkata dengan pasti.  Rabat tidak menjawab.  Dia masih sibuk membuka gudang dapur untuk mencari stok makanan kaleng atau sejenisnya.  Kosong.

"Kita harus segera mengabari team mate.  Kapal ini cocok sekali untuk tempat bermalam yang aman," Rabat akhirnya berbicara setelah menemukan apa yang dicarinya.  Beberapa dus makanan kaleng tersimpan di lemari bagian bawah dapur.

Ben mengangguk.  Mereka harus cepat.  Cuaca sudah hampir sepenuhnya gelap.  Menuju ke kapal ini harus berenang meskipun tidak jauh.  Tapi jika cuaca memburuk, atau laut pasang, maka itu akan menyulitkan.

----

Ran sangat cemas.  Ben dan Rabat belum juga kembali.  Dia tidak mungkin menyuruh Tet untuk menyusul.  Terpisah saat ini bukan pilihan terbaik.  Mereka tidak tahu bahaya apalagi yang menunggu mereka di kegelapan.  Perlengkapan mereka juga tertinggal di seberang sungai lava.  Senter juga tidak ada lagi.  Hanya HT yang masing-masing masih pegang.  Dan HT miliknya sedari tadi berbunyi kemrosokan.  Ada yang mencoba kontak tapi sama sekali tidak jelas.  Mungkin Ben atau Rabat.  Siapa lagi.  Ran semakin khawatir.

"....monitor?...di sini...bah 2..."  nah ini agak jelas.  Ran buru-buru menyahut,"Di sini Serigala 1....suara tidak termonitor dengan baik...masuk rubah 2."

"Ran, kami menemukan hotel bintang empat untuk bermalam.  Pergilah ke arah kiri pantai.  Terus telusuri sampai kalian ketemu batu karang besar di kanan kiri.  Kami ada di puncak batu karang sebelah kanan," Ran hampir berteriak saking girangnya.  Rabat dan Ben selamat.  Malah mereka membawa kabar hebat.  Tapi, hotel bintang empat? Ran mengira mereka mulai kesurupan saking hebatnya tekanan.

Ran mengajak Cindy dan Tet berjalan menelusuri pantai sesuai petunjuk Ben.  Tidak ada bulan malam ini.  Jadi Ran memutuskan untuk berjalan persis di lidah ombak terakhir yang sampai ke pantai.  Itu jalan satu-satunya agar tidak tersesat tanpa cahaya.

Ran menatap tak percaya! Cindy mendahului berjalan di depannya.  Dua titik cahaya begitu terang menerangi jalan di depan Cindy.  Awalnya Ran mengira Cindy berhasil menyelamatkan 1 senter tapi ternyata bukan.  Cahaya itu keluar dari kedua mata Cindy!  Ran serasa ingin melompat ke laut dan merendam kepala saking tidak percayanya.

Cindy sebenarnya tidak sadar bahwa dari sepasang matanya keluar cahaya.  Dia hanya melihat jalanan di depannya terlihat terang.  Sehingga dia berinisiatif mengambil jalan di depan Ran dan Tet yang nampak meraba-raba saking gelapnya.  Hanya mengandalkan sentuhan pecahan ombak terakhir di kaki mereka.

Tet melihat hal yang sama.  Tapi dia memutuskan tidak mau memikirkan.  Otaknya bisa pecah melihat segala keanehan Cindy semenjak keracunan duri perdu.  Biarlah, yang penting gadis ini tidak berubah menjadi raksasa lalu memakan mereka.

Ben dan Rabat saling tos sewaktu 2 cahaya sejajar mendekat ke arah mereka yang sedang berdiri di puncak karang.  Itu mereka!  Tak lama kemudian kelimanya kembali bergabung.  Tapi Ben dan Rabat yang berdiri paling depan di lereng karang kebingungan sekarang.  Gelap sekali!  Kemana arah mereka harus berenang?  Kapal itu sama sekali tidak kelihatan. 

"Biarkan Cindy yang berenang duluan.  Kita ikuti saja dia dari belakang," Ran berteriak.  Ben dan Rabat sama sekali belum menyadari keanehan selanjutnya dari Cindy.  Mereka masih mengira Cindy mengenakan head lamp.  Namun mereka patuh kepada ketua team.

Cindy sendiri sama sekali belum sadar bahwa matanya bercahaya.  Menyeburkan diri dan mulai berenang ke arah kapal yang terlihat jelas olehnya.  Tidak jauh jaraknya.  Sebentar saja mereka sampai ke karang besar yang menyangga tubuh kapal.  Ben dan Rabat menunjukkan pintu masuk lewat lubang yang mereka temukan. 

Sebetulnya mereka mau membimbing teman lainnya.  Namun mereka perlu cahaya jika ingin jalan di depan.  Rabat sudah hampir keluar ucapan meminjam head lamp Cindy.  Tapi urung begitu dia menyaksikan dari dekat apa sebenarnya yang disangka head lamp sedari tadi.  Ben tidak jauh berbeda.  Tak mampu lagi berkata-kata dan hanya sanggup membatin.  Cindy ini sebenarnya berubah menjadi makhluk apa?

----

Jakarta, 2 Juli 2018

Selanjutnya; Negeri Tulang Belulang (Laboratorium Penelitian Kapal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun