Sajak yang ditulis dari darah yang mengalir karena duri mawar. Â Mewangikan setiap kata-kata yang gemetar. Â Menjadikan kalimatnya terhuyung-huyung. Â Melayang seolah usai menyesap bunga kecubung. Â
Sajak ini ditujukan untuk para pemabuk penyuka khayalan yang limbung.
Sajak yang ditulis dari luka yang tertusuk duri rotan. Â Memilih huruf-hurufnya dari beraneka macam peringatan. Â Jangan macam-macam terhadap hutan. Â Mereka bisa menjadi burukmu setiap malam.
Sajak ini buat para pejabat dan pembabat hutan yang hilang ingatan dan lupa daratan.
Sajak yang ditulis dari sayatan duri masa lalu. Â Banyak memakai simbol sembilu. Â Mungkin karena masa kini lebih mudah diingat. Â Sedangkan masa lalu terkadang lebih banyak menyengat.
Sajak ini teruntuk para pelamun yang lebih sering jatuh cinta dibanding bangun karena cinta.
Sajak yang ditulis karena duri halus rumpun bambu. Â Banyak menggunakan tanda tanya dan tanda seru. Â Lebih banyak bertanya dan mengadu. Â Atas nama kerutan di dahi dan hati tak berlampu.
Sajak ini khusus bagi para penipu yang mengatakan cahaya itu selalu dari mercusuar pelabuhan. Â Lupa bahwa bulan dan kunang-kunang adalah juga penghuni malam. Â
Sajak yang ditulis dari duri besi dan baja pada tiang-tiang peradaban. Â Menggunakan tatanan bahasa sangat sopan. Â Lebih sering mengatakan lupakan daripada membasuh terang ingatan.
Sajak ini dipersembahkan bagi orang-orang yang suka berjanji dan menyebut janji sebagai bagian dari mimpi.
Medan, 22 Juni 2018