Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Ode untuk Pagi yang Sempurna

19 Juni 2018   06:27 Diperbarui: 19 Juni 2018   08:50 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selasar pagi terbuka lebar.  Memanggungkan cemara yang daun jarumnya menenun embun.  Menyapa ramah udara yang membelainya.  Dengan kegirangan.  Seperti nada symponi nomor dualima yang liriknya digubah oleh suara aliran sungai yang dipecah oleh batu-batu.  Merindu.

Masih ada sisa bayangan kejora.  Terhimpit fajar.  Seperti lukisan monalisa di pajang.  Di dinding yang baru dicat terang.  Sama-sama bersinar.  Memberi arti sesungguhnya apa itu binar mata.

Lampu-lampu jalan belum dimatikan.  Aspal hitam masih samar.  Seperti ular yang tertidur kekenyangan.  Setelah menelan utuh kelaparan.  Di padang gembala yang tak ditemukan mangsa.

Bunga-bunga kering dan mati.  Masih saja menyiarkan wangi.  Bagi para pemimpi yang berusaha bangun kesiangan.  Menghindari pertemuan.  Setelah kematian malam.

Pagi yang sempurna.  Dipersembahkan khusus kepada hati yang mencinta.  Terhadap apa saja yang telah membuatnya berbahagia.

Bogor, 19 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun