Kilatan lampu di kejauhan memberikan peringatan. Â Ini sudah malam. Â Tolong tutup tirai jendela. Â Kau tak pernah tahu apa yang bisa tiba-tiba menyeruak di gendang telinga. Â Ketika kau memutuskan untuk mendingin dari segala persoalan dunia.
Gedung-gedung raksasa bermenara kaca. Â Menguasai setengah ibukota. Â Setengahnya lagi menjadi peminta-minta. Â Menadahkan tangan-tangan kecil di perempatan. Â Mencoba menggapai udara kosong seolah itu adalah roti lapis yang menggiurkan.
Amuk riuh jalanan memenuhi ruang-ruang waktu. Â Membuat sebagian orang memutuskan untuk tuli. Â Menyumpal lubang telinga dengan mendengarkan perbincangan tentang nasib. Â Buruk dan baik.
Jika saja hening bisa diperdagangkan. Â Barangkali hampir semua orang di ibukota akan membelinya. Â Sekedar untuk memperbaiki waktu istirahat bagi mereka.Â
Jika saja air hujan yang bening bisa setiap saat diminta. Â Mungkin nyaris semua akan berduyun-duyun pergi ke halaman rumah. Â Menyediakan jajaran tempayan dan tong-tong berukuran raksasa. Â Sebagai bekal mandi dan membasuk muka keesokan harinya.
Jika saja panas matahari mampu menerangi hingga jauh ke dalam hati. Â Tak usah heran apabila terjadi antrian panjang orang menyaring cahaya pagi untuk disimpan dalam gelas-gelas kaca. Â Menggelarnya saat sarapan. Â Sebagai bekal untuk menjaga setiap jengkal harapan.
Jakarta, 21 Mei 2018