Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Seseorang yang Menyenangi Kematian

18 Maret 2018   20:37 Diperbarui: 18 Maret 2018   21:00 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Ruangan itu dingin sekali.  Dua kali lipat dingin ruangan lainnya.  Petugas itu duduk kaku di kursinya.  Kepanasan.  Mengamati satu demi satu jajaran jenazah dengan sepenuh penglihatannya.

Setiap hari petugas itu menemui hal yang sama.  Rutin.  Orang-orang mati yang tidak bisa protes lagi ketika dia menjulurkan lidah mengejek.  Mengata-ngatai.  Atau bahkan menyumpah-nyumpah ketika dilihatnya di catatan, yang mati adalah seorang pemerkosa.  Pernah satu kali dia menghantamkan sikunya ke dada seorang koruptor yang mati karena sakit jantung.

 Tapi tetap saja.  Ada satu hal yang tak bisa diingkarinya.  Dia sangat menyukai kematian.  Hawa kematian sangat lekat dengan kehidupannya.  Petugas itu bahkan sudah tahu dengan mencium udara bahwa tak lama lagi akan ada penghuni baru di kamar jenazahnya.

Petugas itu tak kalah dengan burung nazar.  Bisa membaui kematian dari jarak bermil-mil.  Semua karena terbiasa.  Semua karena terlatih.  Mungkin saat pensiun nanti, dia akan memutuskan untuk menjadi juru ramal kematian.  Pasti laris.  Orang-orang selalu sangat ingin tahu kapan tiba saatnya untuk mati.  Mungkin supaya tahu kapan mesti buru-buru bertobat.  Jangan sampai terlambat.

Hmmm.  Dia bisa kaya raya.

-----


Ini tahun ke-28 dia bekerja sebagai petugas kamar jenazah.  Profesi yang sama sekali tidak menarik bagi orang lain tapi membuatnya sangat tergila-gila.  Dia bahkan membuat tulisan setiap harinya.  Tulisan yang berisi drama dari para penghuni di ruangannya.

Drama yang memilukan ketika yang mati adalah seorang ayah dengan anak-anaknya yang masih kecil di rumah.  Sementara istrinya sedang hamil tua.  Petugas itu sampai membasahi helai kertas yang ditulisnya dengan airmata tak habis-habisnya.

Drama mengerikan juga pernah ditulisnya saat yang mati adalah seorang yang dibakar karena dianggap dukun santet.  Petugas itu menulis sambil geleng-geleng kepala setelah melihat jenazah teraniaya itu ternyata seorang tua renta yang tak lama lagi pasti juga akan mati.

Drama lain yang tak kalah menyedihkan setelah dia menerima jenazah korban bunuh diri.  Ceritanya adalah seorang gadis yang patah hati karena ditinggal pergi sang kekasih yang menikahi gadis lain.  Padahal si gadis telah menyerahkan segalanya.  Termasuk kehormatannya.

Ada satu drama kolosal yang pernah ditulisnya beberapa tahun silam.  Jenazah bukan datang tapi berdatangan.  Puluhan bahkan mungkin ratusan.  Tidak muat di ruangannya.  Sebagian besar malah dijajarkan di selasar.  Korban kecelakaan kapal tenggelam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun