Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Mata Boneka

11 Maret 2018   20:34 Diperbarui: 11 Maret 2018   21:05 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tunggu!  Baiklah Bu, kalau memang Ibu sangat membutuhkannya, Ibu boleh bawa Bunga Mata Boneka saya.  Gratis.  Saya hanya ingin menolong.  Saya tidak ingin menjatuhi ibu dengan tangga."

Wanita itu memalingkan wajah.  Matanya berbinar terang.  Ada syukur yang dalam di sana.  Tanpa rikuh lagi dipeluknya erat pemilik bunga.

"Terimakasih...terimakasih."

------

Wanita itu menaiki mobil mewah yang menunggunya di pinggir jalan.  Dia gagal memaksa pemilik bunga agar menerima uangnya.  Biarlah.  Lain kali dia akan memberi imbalan berharga.  Jika dia masih diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengannya.

Mobil mewah itu melaju tergesa-gesa.  Wanita itu memerintahkan sopirnya agar segera sampai di rumah.  Suaminya tentu akan sangat bergembira dia berhasil membawa Bunga Mata Boneka yang sangat diperlukannya.

Wanita itu berlari-lari memasuki rumah megah miliknya.  Menuju ke dapur dan dengan berhati-hati sekali memasukkan Bunga Mata Boneka ke dalam mesin kecil yang bisa mengekstraksi jenis herbal apa saja secara presisi.

Selesai!  Wanita itu tersenyum lega.  Mengambil ekstrak bunga langka itu dengan menggunakan pinset.  Dia tidak ingin sedikitpun terbuang percuma.  Suaminya sangat membutuhkannya.

-----

Suara pintu mobil membuka lalu menutup menyadarkan wanita itu.  Dia sempat tertidur sebentar di sofa.  Suaminya datang!  Sambil mempersiapkan senyuman yang sangat manis, wanita itu menyambut di pintu.  Suaminya seorang lelaki gagah yang dari penampilannya jelas terlihat sebagai seorang pejabat tinggi atau pengusaha besar.

"Capek Pa?  Sini Mama bukakan jasnya.  Mama sudah mempersiapkan minuman segar yang Papa butuhkan untuk menghilangkan ricuh dan kepenatan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun