Hingga Bagas berbisik lirih, "Saya tahu Bapak tidak percaya saya pantas. Tapi biarkan saya belajar. Negara ini juga milik generasi saya."
Wisnu menatap mata pemuda itu. Dalam hitungan detik, ia melihat bayangan masa lalunya sendiri. Pemuda yang keras kepala, ambisius, tapi penuh semangat.
"Jangan hancurkan negara ini dengan keangkuhanmu," jawab Wisnu. "Jika kau jatuh, kami tidak akan datang menyelamatkan."
"Saya tak butuh diselamatkan," ucap Bagas pelan. "Saya butuh didengarkan."
Mereka kembali diam. Tapi kali ini, dalam diam itu, ada jembatan yang mulai dibangun---meski rapuh, meski tak diakui siapa pun.
Angin malam kembali berhembus. Di markas veteran, Wisnu berdiri sendiri di depan lukisan. Ia tahu, medan tempur telah berubah. Tapi tekadnya tetap sama: menjaga republik.
Dan mungkin, menjaga harapan---bahwa suatu saat nanti, generasi muda akan benar-benar layak dipercaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI