"Aku baik juga, Dinar. Sekarang aku pindah ke kota ini dan akhirnya bisa ketemu lagi sama kamu," ujarnya sambil tak lepas senyumnya.
"Istri dan anakmu apa kabar, Don?" Tanyaku sambil memberikan kode untuk duduk di sebuah kursi taman.
"Mereka baik, Dinar. Dan aku tak bersama mereka sekarang." Ujarnya pelan.
"Maksudnya gimana, Don?" Tanyaku penasaran.
"Aku sudah berpisah dengan istriku. Dan anak-anak dibawah pengasuhan istriku. Banyak kejadian setelah kamu pergi dari hidupku, Dinar."
"Kenapa, Don? Apa yang terjadi?"
"Setelah kamu pergi, rasanya hidupku hancur, usahaku bangkrut dan aku sakit keras sehingga istriku tidak tahan dengan kondisiku saat itu dan pergi meninggalkan aku."
"Ya Tuhan,,"
"Akhirnya aku ikut kerja di tempat saudaraku dan pindah ke kota ini."
"Aku turut prihatin, Don."
"iya makasih, dinar. Ketika aku sendiri entah mengapa aku jadi teringat dirimu, Dinar. Aku ingin berada dekat denganmu. Saat itu aku berpikir mungkin salah jika aku kembali ke kota ini. Tapi entah mengapa keinginanku rasanya tak mampu aku bendung. Walaupun kamu sudah bersama yang lain tapi aku ingin dekat denganmu. Hanya dekat saja tak mengapa."ujarnya