Aku kembali tertunduk dan tanpa terasa setitik air mata turun dr pelupuk mataku. Apakah benar perasaannya yang begitu senang melihat aku bersama pria lain? Berbagai spekulasi berkecamuk dalam otakku yang tak henti memberikan opsi-opsi tentang apa yang dipikirkan Donny tentang itu.Â
"Aku udah bilang, kamu akan mendapatkan laki-laki yang tepat untuk kamu. Dan kuharap Arya adalah orang itu." Tambah Donny lagi.Â
Aku tertunduk semakin dalam untuk menyembunyikan air mata yang makin deras. Hingga tangisku tak mampu lagi aku tahan. Donny meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. "Udah dong jangan nangis lagi. Aku ga mau kalo kamu sedih terus ya."Â
Tangisku akhirnya pecah dan Donny menyandarkan kepalaku di pundaknya hingga basah bajunya dengan air mataku. Tanpa kata tanpa ada yang dibicarakan lagi hingga malam menjelang.Â
***
Ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk. Ringtone khas itu membuatku tahu siapa yang mengirim pesan itu padaku. Kuraih ponselku dan kubuka isi pesan itu.Â
'Kayaknya Arya baik ya orangnya,' isi pesan Donny padaku.
Aku terdiam dan tak segera membalas pesan itu. Hingga kuterima pesan selanjutnya. 'Kamu harus mencoba untuk membuka hatimu untuknya. Dia punya pekerjaan yang bagus dan orangnya juga asyik.' Bunyi pesan kedua dari Donny.
'Iya dia memang baik,' balasku
'aku seneng kalo kamu bisa membuka hati untuk laki-laki lain, Din.'
Senang? Benarkah? Apakah Donny sama sekali tak cemburu dengan keberadaan arya? Pikiranku kembali berkecambuk dan tak henti mencari kata apa yang ingin disampaikan padanya. 'knapa kamu malah seneng kalo aku bersama lelaki lain? Kamu ga pernah ya sayang sama aku?' tanyaku.