Mohon tunggu...
Mikyal Suyuthi
Mikyal Suyuthi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menjadi guru yang hobi menulis adalah sebuah ketertarikan tersendiri sejak duduk dibangku sekolah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selaksa Rasa

8 Desember 2022   00:07 Diperbarui: 8 Desember 2022   00:08 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ijinkan aku bercerita tentang selaksa rasa yang tersisa hari ini....

Ada banyak hal yang ingin kuceritakan,

tentang rasa terimakasihku 

Pada sang Maha,  Allah, SWT……(Sang Pencipta, yang menghadirkan aku)
pada kedua orang tua, yang menjadi sebab kehadiranku… (yang membesarkan dan mendidik)
pada anak-anakku … (yang mengajari cinta dan ketulusan)
pada harmoni Alam dan keindahan… (yang memberi Inspirasi )
pada rasa cinta …. (yang memberi ruang cinta dihati)
pada kecintaan menulis ..(yang membuat Imajinasi berkeliaran bebas)

Masih inginkah kau mendengar keluhku?, pada selaksa rasa yang tersisa hari ini.

ada yang tertinggal dari ruang-ruang hampa yang tidak terjamah, ada banyak  sketsa dari rasa yang terpendam, entah dari mana jemari ini akan menghabiskan ceritanya. tentang riuhnya detak jam dan derap jemari membuat rangkaian rencana yang sudah terlaksana. Keindahan tuts keyboard beradu dengan detak jam. Yah rasa itu begitu indah ingin kuungkapkan betapa harmoni kebersamaan teruai dan terlahir dalam rasa yang paripurna.

Waktu terus berjalan mengalir laksana bulir bulir hujan yang telah terukir, senja semakin menggamit dari peraduannya, warna jingga cakrawala perlahan meninggalkan jejaknya bersama lekuk lekuk dan warna warni  diiringi nulir  hujan.
............
Satu - persatu beranjak pergi, setelah pergumulan riuh dengan deru keyboard dan tarikan serta helaan nafas bagi para pecandu rencana, begitu nyata tertantang dengan batas waktu yang menyapa dengan ketergesaan. 

Satu persatu mulai bersinar dalam helaan lega sebuah pengajuan, kadang signal angkuh tak bersahabat mendera rasa cemas yang berbalut dalam selaksa rasa. Degub jantungpun semakin tak berirama, menyusuri ketergesaan dalam relung ketakberdayaan.

Lelah membungkus hari, yang kian beranjak senja, biarkan jemari ini menceritakan  tentang selaksa rasa  yang tersisa di ujung hari. Kita masih terus disini, cerita tentang bagaimana upaya mengendapkan asa menjadi realitas. Degup jantung semakin tak berirama, pertanda keinginan agar pinta berujud  asa dalam sakralnya sebuah sumpah. Cerita ini kutuliskan  agar abadi dalam jejak kita. seperti keinginan bersama. Di sini kita mengurai mimpi, berharap kelak  menepi pada ujung rindu yang tersketsa indah dalam pahatan  harmoni, selaras seperti janji yang telah tertuang indah dalam pengharapan, dan aku yakin selalu ada rasa dalam senyap yang tak pernah terucap.....

Bumi Allah, 7 Desember

Jemari hamba yang Dhoif

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun