Alkisah, di sebuah desa di bantaran Sungai Pepe, Surakarta, Jawa Tengah, hiduplah seorang anak muda bernama Aji Joko. Karena hidup dengan apa adanya, menyebabkan tubuh Aji Joko begitu kerempeng dan kurus kering.
Aji Joko lalu berpetualang menimba ilmu kesaktian, untuk bisa mengubah hidupnya yang kekurangan. Setelah merasa cukup mempunyai ilmu kesaktian yang mumpuni Aji Joko memutuskan untuk merantau.
Tersebutlah sebuah negeri yang indah, kaya, dan makmur bernama Kerajaan Nusa, yang dipimpin oleh Prabu Bambang Cengkar. Rakyat penduduk negeri Nusa awalnya merasa senang dan hidup makmur karena Prabu Bambang Cengkar sangat arif dan bijaksana.
Namun perangai Prabu Bambang Cengkar berubah menjadi buas setelah memimpin Kerajaan Nusa selama beberapa tahun.
Perilaku Prabu Bambang Cengkar berubahnya setelah seorang juru masak istana menawarkan sebuah masakan istimewa. Karena tertarik untuk mencoba masakan istimewa sang juru masak, Prabu Bambang Cengkar menyetujui usulan tersebut.
Terkejut dan heran, Prabu Bambang Cengkar setelah menyantap masakan istimewa tersebut, karena selain makan itu benar-benar sangat lezat, tubuh Prabu Bambang Cengkar berubah menjadi sangat besar.
Melihat perkembangan tubuhnya yang semakin hebat dan teringat kelezatan makanan itu, Prabu Bambang Cengkar ketagihan.
Prabu Bambang Cengkar serta-merta memerintahkan juru masak istana untuk membuat masakan istimewa itu setiap hari.
Walaupun untuk membuat masakan istimewa itu, juru masak telah memotong jarinya, permintaan sang Prabu Bambang Cengkar tidak membuatnya bingung dan juga tidak langsung menyetujui menyanggupinya.
Juru masak istana lalu mengajukan sebuah syarat kepada Prabu Bambang Cengkar, Â yaitu harus disediakan bahan bakunya berupa tubuh rakyatnya sendiri.
Karena sangat ketagihan, maka tanpa pikir panjang lagi Prabu Bambang Cengkar menyetujui syarat juru masak.