Daun pisang itu melambai-lambai, tertiup terpaan angin yang sudah menempuh jarak ratusan kilometer. Hari ini telah jam tiga pagi. Dibalik lambaian daun pisang ada cahaya yang menyilaukan. Rona kuning lingkaran batu di angkasa itu mencoba menghipnotis setiap mata untuk mengaguminya. Batu angkasa yang bersinar itu berada di barat memancarkan ketenangan, kesejukan hati dan keabadian.
Angin kembali menunjukan eksistensinya selama beberapa menit tadi menghilang. Seolah sepi tanpa bunyi. Lalu dengan segera sepi berubah menjadi sunyi. Bunyi-bunyi semilir angin yang keras tapi entah dimana ia tak mau menampakan kehadiran. Yah, sunyi adalah bunyi yang sembunyi. Semakin berisik semakin sunyi.Â
Apakah itu kentut? Entahlah tetapi seorang filsuf pernah mengatakan hal yang semacam itu. Lebih-lebih bahwa dunia yang kita pijak tanahnya memiliki nyawa dan kesetaraan sebagai makhluk Tuhan seperti kita. Jadi, membangunlah bukan gedung atau hotel mewah. Bangunlah hutan yang megah. Hutan yang dipenuhi ekosistem lingkungan juga rumah dari ratusan ribu spesies hewan. Bangunlah kerajaan hutan dan jadilah teman untuk kelestarian alam. Jangan sampai sisahkan ruang kosong selain tumbuhnya pepohonan.
Pohon tidak ditanam didalam tanah, pohon ditanam didalam hatimu dengan cinta