Mohon tunggu...
MIFTAHUL MUNIRALKARIM
MIFTAHUL MUNIRALKARIM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UAD

Mahasiswa yang ingin berkarya dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membentuk Karakter Anak Sejak Usia Dini dengan Pendidikan Islami

13 Juli 2021   06:50 Diperbarui: 13 Juli 2021   08:29 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai bangsa Indonesia ini masih perlu adanya peningkatan pendidikan karakter sesuai dengan kaidah ajaran agama Islam dikarenakan agama Islam ini merupakan agama yang paling benar dan mayoritas penduduk Indonesia Agama Islam. Sebenarnya untuk mengatasi melemahnya karakter anak-anak ini perlu adanya pendidikan agama Islam yang mendalam kususnya dimulai dari keluarga terlebih dahulu. 

Orang tua disni juga harus memiliki ilmu agama Islam yang luas karena jika orang tua minim ilmu agama maka akan kesulitan untuk memberikan contoh kepada anak mengenai perilaku yang baik sesuai ajaran Islam. Zaman sekarang ini masih ada anak-anak yang rendah karakter pribadinya seperti mulai terkikisnya perilaku sopan santun, padahal orang Indonesia itu seharusnya memiliki sikap sopan terhadap siapapun. Budaya ini lama kelamaan akan menghilang jika budaya sendiri aja sudah tidak di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak anak-anak zaman sekarang ini yang terlalu berlebihan menyukai  Negara lain, sehingga sungguh mirisnya budaya sendiri menjadi terlupakan. Maka perlu ditekankan pendidkan karakter anak sejak usia dini ini memang perlu adanya tindakan yang lebih serius lagi. Semoga menteri pendidikan Indonesia dapat memberikan sebuah terobosan untuk membenahi karakter bangsa ini dengan pendidikan agam Islam.


                          Pembahasan

Peran pendidikan Agama Islam memiliki arti yang sama dengan peran pendidikan kepribadian atau akhlak yaitu upaya untuk membentuk manusia berakhlak mulia adalah suatu keadaan yang melihat pada diri manusia tanpa melihat perhitungan, pemikiran dan penelitian yang menimbulkan hal yang baik yang disebut karakter jujur (Sada, 2015. Membentuk sebuah karakter yang mulia bagi anak bukan sebuah perkara yang mudah, karena berbagai faktor sangat mempengaruhi kualitas berfikir anak tersebut. 

Seperti faktor  keluarga, lingkungan, guru pendidik, teman sepergaulan, dalam semua lingkup faktor ini saja, jika salah satu ada yang memiliki kecondongan yang negative atau bisa dikatakan menyimpang sangat mempengaruhi sekali perkembangan karakter anak tersebut. Faktor keluarga disini sangat berpengaruh sekali dalam membentuk karakter anak paling awal, maka orang tua harus serius dalam mendidik anak seperti pemahaman beragama yang benar, perilaku keseharian dirumah, tutur kata, semua ini harus diterapkan secara benar sesuai dengan ajaran pendidkan Islam sehingga anak nantinya dapat meniru sebuah kebiasaan karakter orang tua, karena anak usia dini itu suka meniru perilaku keluarga terdekatnya apalagi orang tua. Jika orang tua memberikan ajaran yang baik maka anak tidak menutup kemungkinan juga mengikuti orang tuanya.

Lingkungan sekitar rumah juga perlu diperhatikan untuk perkembangan seorang anak, agar mereka dapat memiliki sebuah karakter yang baik. Disini orang tua berkewajiban mengontrol anaknya ketika keluar rumah karena jangan sampai anak terkontaminasi oleh pemikiran lingkungan sekitar yang belum terfilter, maka disini perlunya memilih tetangga atau tempat tinggal yang memiliki hal-hal yang positif. Apabila lingkungan sekitar banyak kerugiannya seperti lingkungan yang tidak kondusif sebaiknya pindah tempat tinggal yang lebih baik, karena lingkungan tempat tinggal juga sangat mempengaruhi karakter pribadi anak kedepannya. Guru pendidik juga memiliki peran penting kususnya guru agama pribadi, dalam memilih guru disini juga harus dipertimbangkan secara mendalam dan menelusuri riwayat guru tersebut karena pemahaman guru dapat mempengaruhi pemikiran anak tersebut, jangan sampai orang tua salah memilih guru pendidik agar tidak terjerumus ke pemahaman radikal. 

Teman sepergaulan di desa maupun di sekolah juga perlu pilih-pilih ini juga tugas orang tua untuk mencari tahu kepribadian teman anaknya agar dapat menjauhi hal yang dapat merugikan anaknya sendiri. Ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi, jika berteman dengan penjual minyak wangi paling tidak mencium bau harumnya artinya hal baiknya minimal dapat kita peroleh. Jika berteman dengan pandai besi maka jangan salahkan jika sewaktu-waktu terkena percikan api dan asapnya tentunya ini hal yang menyakitkan yang artinya hal buruknya minimal akan didapatkan oleh diri kita.

Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Terbukti dari perintah Allah Ta'ala bahwa tugas pertama dan utama Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahsan subtansi dari makna karakter sama dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas mengenai perilaku manusia itu sendiri. 

Al-Ghazali menejelaskan jika akhlak adalah suatu sikap mengakar pada jiwa manusia yang lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu adanya pemikaran dan pertimbangan. Suwito menyebutkan bahwa akhlak  (karakter) sering juga disebut ilmu tingkah laku karena dengan ilmu tersebut akhirnya diperoleh sebuah pengetahuan tentang keutamaaan jiwa, bagaimana agar dapat memperoleh  dan bagaimana membersihkan jiwa yang telah kotor (Ainiyah, 2013: Suwito, 2004). 

Menurut Sutarjo Adisusilo (2014) karakter merupakan seperangkat nilai yang sudah menjadi sebuah kebiasaan hidup, sehingga karakter menjadi sifat tetap di dalam diri seseorang. Contohnya seperti sifat pantang menyerah, kerja keras, sederhana, dan jujur. Kemudian, karakter juga bisa digunakan untuk mengukur kualitas pribadi seseorang. Dari beberapa pendapat diatas, dapat dimaknai bahwa karakter merupakan watak dan juga perilaku atau kepribadian seseorang yang terlihat dalam kehidupannya sehari-hari.

Pendidikan islam menurut H.M Arifin (2014) adalah sebuah sistem pendidikan yang memberikan kemampuan kepada seseorang yang digunakan untuk memimpin kehidupannya sehari-hari sesuai cita-cita, serta nilai-nilai islam yang sudah mewarnai dan juga menjiwai corak kepribadian seseorang. Seseorang yang sudah memperoleh pendidikan Islami harus bisa hidup didalam kesejahteraan dan kedamaian, sebagaimana diharapkan dalam cita-cita agama islam. Sedangkan, menurut Haidar Putra Daulay (2014) pendidikan islam adalah usaha untuk mengubah tingkah laku seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan, kehidupan pribadi dan kehidupan dalam alam sekitarnya dengan proses pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun