Mohon tunggu...
Miftahul rizka
Miftahul rizka Mohon Tunggu... Bankir - Mika

Mahasiswa perbankan syariah uin maulana malik ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keikhlasan untuk Meraih Kebahagiaan

25 Mei 2022   21:18 Diperbarui: 25 Mei 2022   22:58 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi tulang punggung di keluarga yang patah

Gimana sih  rasanya kehilangan sebuah genggaman tangan yang seharusnya kita rasakan saat saat kita tumbuh, di saat saat kita butuh pertolongan mereka, namun peran mereka kayak nggak ada gitu aja. 

Rasanya itu seperti Ketika kita berada di Lorong Lorong yang teramat gelap, kita membawa Sebatang lilin yang kemudian se berkas api untuk menerangi jalan kita, tertiup oleh angin yang kencang dari luar. Atau mungkin buat teman teman yang sebelumnya patah hati,sakit hati sama seseorang.pacar misalnya. Lalu bagaimana dengan mereka mereka yang justru telah mengalami patah rumah terlebih dahulu.

Sebelum kita memulai, kebetulan hari ini pada tanggal 16 april aku mengunjungi salah seorang sahabatku Ketika SD.
Haiiii, Namanya sita, dia adalah seorang gadis berusia 19 tahun lahir dari keluarga patah. Saat ini ia menjadi tulang punggung keluarga. Ada ibu, dan seorang adik perempuan yang harus ia hidupi. 

Sejak kecil, ia terbiasa untuk selalu merasa cukup dengan segala kekurangan yang ada. Kurang kasih sayang, kurang perhatian, dan kurang kehangatan dari sebuah keluarga. Lebih buruk dari perceraian. Keluarganya patah karena penghianatan sekaligus kematian. Ayahnya sudah pergi berpulang ke pelukan Tuhan sejak 17 tahun yang lalu. 

Tidak banyak kenangan senang yang ia ingat. Ketika usianya baru dua tahun, saat itu ia masih terlalu kecil untuk mengerti tentang cinta dan kehilangan. Ia dan ibunya adalah rumah kedua bagi ayah. 

Ayahnya punya keluarga lain selain mereka. Setelah mereka tahu tentang kenyataan pahit yang selama ini ayahnya sembunyikan, kedua orang tuanya berpisah. Dan saat itulah kehancurannya dimulai. 

Setelah ayah dan ibunya resmi bercerai, ia benar benar merasa terbuang, tidak pernah ada kabar dan penjelasan dari ayahnya tentang hal ini. 

Mereka hidup dalam diam dan kebencian. Beberapa tahun kemudian ia mendapat kabar kalau ternyata ayahnya sudah meninggal, keluarga dari istri ayahnya sengaja menyembunyikan dan memutus semua koneksi yang mereka punya. Ini lebih pahit dari kenyataan yang ada. Segala tentang Sita dan ibunya benar benar ikut terkubur dan hilang Bersama dengan kepergiannya. Sejak itu Sita hidup berdua dengan ibu. Mereka berusaha untuk bertahan dan saling menguatkan. 

Setelah bertahun-tahun hidup dengan menahan kesedihan, ibunya memutuskan untuk menikah lagi dengan harapan agar hidup mereka bisa menjadi lebih baik. Dan ternyata tujuan ibunya untuk mengobati luka justru malah mengundang luka yang baru. Ia punya adik dari pernikahan ibu dan ayah tirinya. 

Dan kegagalan kedua akhirnya menyelimuti keluarga mereka. Seperti kisah di film film, ayah tirinya pemalas tidak mau bekerja, pemarah, dan tukang selingkuh. Ia merasa bersalah atas takdir hidup yang seperti ini. Kesedihannya selalu meluap setiap kali melihat ibunya. Andai saja waktu itu ia bisa melakukan sesuatu dan menahan agar ibunya tidak menikah lagi mungkin sekarang mereka sudah bangkit dari keterpurukan sebelumnya. 

Dipaksa menjadi dewasa oleh keadaan. sudah menjadi makanannya setiap hari. Sekarang, ia harus bekerja banting tulang dan melindungi keluarganya. Ia bahkan tidak punya waktu untuk meraih cita cita dan cintanya. Entah kapan terakhir kali ia merasa senang dan tenang. Ia rindu kehidupan yang hangat dan penuh dengan kasih sayang.

Ia bekerja banting tulang dari pagi hingga sore kemudian dilanjuti Ketika setelah Maghrib dan berhenti Ketika pukul 12 malam. Dia bekerja di sebuah kafe sebagai pelayan dan pencuci piring. Cita cita nya untuk menjadi seorang guru sudah Musnah. Tidak ada harapan lagi untuk menggapai cita cita. 

Sekarang cita cita nya adalah untuk membahagiakan ibu dan adiknya. Umur ibunya sudah semakin tua dan sudah mulai sakit sakitan. Dia juga harus mencari uang untuk pengobatan ibunya. Ibunya mengalami sakit darah manis. Dan ia juga harus menyekolahkan adiknya yang sekarang sudah di bangku SMA.

Lahir dari keluarga yang tidak baik baik saja mengajarkannya menjadi dewasa sebelum waktunya. Aku, sita, kamu, kita adalah orang orang yang kuat dan hebat. 

Semangat ya "anak pertama perempuan dari keluarga broken home, udah dewasa sebelum waktunya. Bersyukur banget bisa dikasih hati sekuat ini, mental sekuat ini. Sebenarnya sering banget merasa down dan yang sering bikin down adalah keluarga aku sendiri, sampai pernah di satu. 

Aku ingin mengakhiri hidup, setelah ada kepikiraan seperti itu tiba tiba ingat ibu aku yang berjuang demi aku, yang selalu Suport aku dan nggak pernah marahi akum au. Bersyukur banget masih bisa Bahagia dan diberi hati sekuat ini". Ujar sita.

Untuk kalian yang mungkin mengalami pengalaman seperti Sita semoga Pundak kalian semua selalu dikuatkan untuk menopang beban dan membahagiakan orang orang yang kalian sayang.

Dan pesan Sita kepada kita semua "malam adalah teman terbaik, teman paling care Ketika tidak satupun orang yang bisa mengerti posisi kita, yakinlah BrokenHeart tidak sehancur broken home, tetap semangat ya,,, karena laut masih memiliki tepi, sungai masih memiliki ujung dan aku masih mempunyai kebahagiaan karena saat ini Allah tahu aku mampu"

Nah begitulah kisah hidup Sita yang merupakan tulang punggung keluarganya. Buat sita , semangat yahh. Aku yakin kamu kuat. Aku kagum sama kamu  karena masalah kamu bukan masalah kecil tapi kamu tetap bisa kuat. Semoga ketemu dengan masa depan yang bisa buat kamu Kembali tersenyum dan kuat untuk hadapi semua. Cerita kamu membuat aku tersadar dan bersyukur akan hidup yang baik baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun