Mohon tunggu...
Muhammad Miftah Jauhar
Muhammad Miftah Jauhar Mohon Tunggu... Guru - Sciences and Islam

Specialization in molecular biology

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konstruksi Nilai Islam dalam Menyikapi Opini Kontemporer

28 Oktober 2018   19:00 Diperbarui: 28 Oktober 2018   19:07 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekarang ini, banyak sekali opini yang tersebar di masyarakat, bagaimana kerasnya Islam, fanatik buta, meniadakan ruang toleransi, dan cenderung doktrin ekstrim yang ada. Dari apa yang terjadi, kita dapat melihat bahwa citra Islam sudah sangatlah buruk. 

Nilai Islam yang sudah disimpangkan oleh berbagai pihak yang mengatas namakan Islam namun sesungguhnya mereka tidak menunjukkan nilai Islam bahkan sebesar debu pun tidak. Inilah kewajiban kita sebagai generasi muda intelektual muslim untuk kembali menunjukkan mana yang murni nilai Islam dan mana yang tidak.

Islam merupakan agama kasih sayang, bahkan rasulullah sholollohu'alaihi wasallam mengatakan bahwa Islam merupakan nasehat. Selain itu, Islam diturunkan untuk menciptakan rahmat bagi semua kehidupan sesuai surat Al-Anbiya ayat 107. Rahmat menurut KBBI yaitu belas kasih ataupun karunia, maka bagaimana mungkin Islam justru membuat rugi di dunia?

Jika berita diatas masih dalam ranah normatif, mari kita lihat ranah teknis bagaimana Islam yang menyejukkan. Ada kisah saat sebelum perang badar, dilakukan musyawarah antara Rasulullah sholollohu'alaihi wasallam dengan para sahabat. 

Pada saat itu, beliau memberi saran bahwa Perang Badar lebih baik dilakukan di sekitar Madinah, namun sebagian besar sahabat berpendapat lebih baik di luar wilayah Madinah. 

Karena keputusan terbanyak, maka Rasulullah sholollohu'alaihi wasallam mengikuti pendapat yang kedua. Padahal sepert yang kita ketahui, Perang Badar menimbulkan kekalahan bagi umat muslim, namun begitulah yang dicontohkan untuk tetap menghargai pendapat orang lain dan mematuhi keputusan bersama.

Contoh lain ada pada hadits Bukhori dan Muslim yaitu, "Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya". Dalam Islam, membicarakan keburukan orang lain adalah gibah jika itu benar, jika salah maka menjadi fitnah, dan keduanya merupakan dosa besar. Kita dapat melihat betapa Islam menjaga harga diri orang lain tidak hanya untuk muslim saja tapi untuk semua kalangan.

Selain itu ada pula hadits lain yang berbunyi "Siapa yang menolong saudaranya dalam kebutuhannya, maka Allah pun akan menolongnya dalam kebutuhannya". 

Dalam hadits lain dikatakan bahwa orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain dan amalan yang paling dicintai Allah adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati seorang muslim. 

Dari pernyatan-pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwa Islam sangat menganjurkan untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain, bukannya melecehkan, menghina, berbuat semena-mena kepada orang lain. Islam tidak menyerukan untuk mengeksklusifkan diri, namun justru mengedepankan jiwa sosial yang berguna bagi masyarakat.

Pemahaman Islam yang salah lainnya adalah terlalu kaku tanpa ada ruang toleransi dalam Islam. Dalam suatu kisah, Imam Syafii mengunjungi kediaman Imam Malik. Pada suatu waktu, Imam Syafii memimpin sholat subuh di daerah Imam Malik. Seperti yang kita ketahui, dalam madzhab Syafii membaca qunut saat sholat subuh, berlawanan dengan madzhab Maliki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun