"Aliando Syarief dengan cekatan menunggangi Ariel Tatum, eh motornya, hehe. Ia berusaha menyalakan motor yang masih berteknologi transisi manual itu."
Pagi itu Ariel Tatum, mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Solo, kesusu-susu alias terburu-buru menuju kampus. Ia takut terlambat masuk kuliah.Â
Ariel Tatum berangkat dari rumahnya di daerah Purwosari, Solo. Ia naik motor bebek dan langsung ngebut. Baru saja 5 menit perjalanan, motornya mengalami masalah. Motor berjalan semakin lambat. Meski di-gas pol tetapi roda motor tidak mau bergerak.Â
Ariel menepikan motornya di pinggir jalan.
"Motorku kok aneh ya. Tak gas sampai pol tapi kok gak mau jalan. Lagi buru-buru kok ya ada aja halangannya," gerutu Ariel.
Ariel Tatum masih berusaha menemukan "keanehan" pada motornya, tetapi ia tidak menemukan penyebab kerusakan. Ia mulai putus asa, lalu mendorong motor, berharap ada bengkel motor terdekat di pinggir jalan.Â
Di tengah perjalanan Ariel Tatum bertemu Vincent dan Desta, 2 cowok teman kampus yang naik motor berboncengan. Mereka menawari bantuan tapi Ariel menolak.
"Motornya tinggal aja, Riel. Sini boncengan bertiga," canda Desta.
"Sini, kamu di tengah, hehe," tambah Vincent.
"Idih. Enak di kamu, enggak enak di aku dong!" teriak Ariel ikut tertawa.
"Cantik-cantik kok dorong motor sih?" celetuk Desta.
"Motor aja kudorong, apalagi cita-cita dan impian kamu!" jawab Ariel Tatum.