Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehidupan Seorang Pelaut

29 September 2015   15:16 Diperbarui: 29 September 2015   16:29 3758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Let's pack and go...(Pic Source: www.vi.sualize.us)"][/caption]Kita mungkin masih ingat tentang film laris berjudul Captain Phillips. Film yang mengisahkan betapa beresiko dan beratnya kehidupan di laut itu. Film ini juga mengajarkan kita betapa pentingnya membuat keputusan bijak di saat genting. Banyak kisah lainnya tentang kepelautan yang sudah difilmkan atau dibukukan. Cerita tentang perjuangan seorang pelaut demi menggapai apa yang dia cita-citakan, tentu juga demi masa depan keluarganya. Beban ada di atas pundaknya, demikian pun tuntutan yang melekat dalam dirinya untuk terus menjaga nama baik, tidak hanya nama baik diri dan perusahaannya, namun juga nama baik negaranya.

Di atas kapal, seorang pelaut yang jelek dan tidak bagus kerjanya, serta bila juga kelakuannya kurang ajar, pasti akan ditanya dari negara mana sih crew ini berasal? Jangan sampai ada komentar kalau kinerja jelek, “Oh, that’s why…No wonder, he is from Indonesia” Nama bangsa juga sebetulnya dipertaruhkan oleh para pelaut kita.

Saya pernah beberapa kali mendengar komentar dan pendapat rekan-rekan dari luar negeri, yang katanya mereka itu lebih memilih para pelaut dari Philipine, India, atau bahkan Myanmar ketimbang pelaut-pelaut kita. Kinerja dan kemampuan pelaut kita sering dianggap tidak bagus. Baik dari segi penguasaan bahasa maupun dari standard kerja. Padahal, banyak pelaut kita yang sebetulnya bagus-bagus dan sangat layak dipakai kapal-kapal berbendera asing. Hanya saja masih kalah banyak sama negara lain. Branding pelaut kita harus tetap dipromosikan secara massal dan ‘dijual’ secara optimal ke pasar luar, secara terus menerus.

Ujian Pelaut

Bulan July yang lalu, otoritas Amerika menangkap kapal yang membawa tak kurang 8 ton kokain, di lepas pantai El Salvador. Mereka menemukan kokain yang begitu banyak, dengan perkiraan nilai jual ratusan juta dollar. Luar biasa banyak. Tidak mungkin kokain sebanyak ini hanya dibawa oleh 1 orang crew saja, pasti ada kerjasama dari banyak crew dalam kapal itu, dan bisa jadi banyak pihak lain juga sehingga kokain sebanyak ini bisa lolos.

Beberapa waktu sebelumnya, Polisi Spanyol menemukan kokain seberat 200 kg di sebuah kapal yang berangkat dari Amerika Tengah. Kokain-kokain tersebut disembunyikan di antara muatan buah nenas. Cara kerja yang cerdas. Ada juga kokain yang disusupkan lewat angkutan buah pisang, seperti yang ditemukan polisi Inggris di atas kapal yang berlabuh di salah satu port di Inggris. Kokain yang diseludupkan itu diperkirakan bernilai tak kurang dari 40 juta poundsterling. Angka-angka yang kerap kali sangat menggiurkan. Tawaran yang tak mudah untuk ditolak tentunya.

Mencari uang dengan cara cepat dan melanggar hukum memang mungkin saja begitu mengasyikan. Banyak pelaut yang tidak pernah kapok dan mau belajar dari pengalaman. Tak berapa lama kemudian, polisi Inggris menemukan sekitar 300 kg kokain di atas kapal cargo yang berlabuh di Portsmouth. Kapal itu berasal dari Colombia, salah satu ‘istana’ perdagangan kokain dan narkoba jenis lainnya. September tahun lalu, sekitar 1 ton kokain ditemukan di atas kapal yacht di perairan barat daya Irlandia. Patroli yang dilakukan Irish Naval Service membuahkan hasil, para awak kapal yacht kemudian ditangkap dan dipenjarakan.

Tanpa integritas dan keluhuran jiwa, hal-hal seperti itu akan terus berlanjut di atas kapal. Pelaut yang cepat tergiur dengan kekayaan dan kenikmatan instan, tentu akan melakukan apa saja untuk meraih nikmat tersebut. Entahkah itu dengan cara-cara dan jalan tidak terpuji serta melanggar hukum.

Ujian lainnya adalah masalah kesetiaan. Berpisah dengan istri berbulan-bulan lamanya tentu saja tidak gampang. Akankah mereka tetap setia, atau tergoda untuk mencari pelampiasan.

Pelaut Kebanggaan Bangsa

Pada pertengahan September tahun 2000, sebuah kapal pesiar mewah dengan warna cat merah menyala merapat pelan di pelabuhan New York. Kapal mewah itu kemudian masuk dok di Staten Island. Sewaktu kapal itu sandar, perlahan-lahan para penumpang turun dari kapal dan pergi meninggalkan kapal mewah itu, meninggalkan para awak kapal yang kebanyakan berwarga negara Fillipina. Ada ratusan awak kapal Fillipina bekerja di atas kapal itu. Nah, di dok itulah akhirnya kapal ini harus berdiam diri begitu lama oleh karena pengelolanya menyatakan diri bangkut. Pengadilan di Manhattan lalu kemudian memutuskan untuk ‘menyandera’ kapal tersebut sebagai jaminan, sampai kelak perusahaan membayar utang-utangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun