Dengan sistem ini, negara anggota memang mendapatkan stabilitas eksternal. Tidak ada lagi risiko devaluasi kompetitif antarnegara Eropa. Namun, mereka juga kehilangan fleksibilitas untuk menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan domestik.Â
Studi Kasus Krisis Yunani dan Ketegangan di Eurozone
Krisis utang Yunani yang terjadi pada 2009--2015 menjadi ujian besar bagi Eurozone. Krisis ini bermula dari defisit anggaran yang besar dan utang publik yang menumpuk. Pada tahun 2010, rasio utang terhadap PDB Yunani mencapai lebih dari 140%, memicu krisis kepercayaan di pasar internasional. Ekonomi Yunani juga lemah dalam hal produktivitas dan struktur industrinya.Â
Selama bertahun-tahun, pemerintah Yunani membelanjakan lebih banyak dari pendapatan negara. Mereka meminjam banyak uang dari pasar internasional. Ketika krisis keuangan global terjadi pada 2008, investor mulai meragukan kemampuan Yunani membayar utangnya.Â
Nilai obligasi Yunani anjlok. Suku bunga pinjaman melonjak tajam. Negara ini nyaris bangkrut. Namun, Yunani tidak bisa menurunkan nilai mata uangnya untuk memperbaiki daya saing. Mereka terikat dengan euro, sehingga opsi devaluasi tidak tersedia.Â
Sebagai perbandingan, negara seperti Inggris yang memakai poundsterling bisa menurunkan nilai mata uangnya saat krisis. Langkah ini membantu ekspor dan menciptakan lapangan kerja baru. Yunani tidak punya opsi ini.Â
Solusi yang diambil adalah bailout dari ECB, IMF, dan Uni Eropa. Yunani menerima paket bantuan keuangan besar, namun dengan syarat penghematan fiskal yang sangat ketat. Pemerintah harus memangkas belanja, menaikkan pajak, dan melakukan reformasi struktural.Â
Kebijakan ini memicu protes besar di Yunani. Pengangguran melonjak, banyak bisnis tutup, dan tingkat kemiskinan naik. Seperti diungkapkan Mario Draghi, mantan Presiden ECB, "Krisis ini menunjukkan pentingnya reformasi dan solidaritas di kawasan euro."Â
Krisis Yunani juga menimbulkan ketegangan antarnegara anggota Eurozone. Negara-negara kaya seperti Jerman menuntut disiplin fiskal, sementara negara-negara pinggiran merasa tertekan oleh syarat yang berat.Â
Konsekuensi Ekonomi dari Hilangnya Kedaulatan Kurs
 Hilangnya kedaulatan kurs membuat negara anggota Eurozone sulit menyesuaikan diri saat terjadi krisis. Negara-negara inti seperti Jerman dan Belanda memiliki ekonomi yang kuat dan neraca perdagangan surplus. Mereka diuntungkan oleh euro yang relatif stabil.Â