Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pikiran dan Perasaan #6 - "Thank God, Gua Positif... "

17 November 2020   23:20 Diperbarui: 18 November 2020   00:11 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banyangkan begitu banyak orang yang anggota keluarganya meninggal karena virus ini dan harus dimakamkan dengan protokol yang begitu ketat dimana keluarga tidak boleh melihat bahkan sulit untuk mengucapkan perpisahan dan memberikan penghormatan terakhir.

Begitu banyak pula orang yang terpaksa harus kehilangan pekerjaan, omset menurun bahkan bangkrut karena pandemi ini. Menurut saya sangat tidak etis kalimat tersebut dilontarkan karena akan sangat menyakitkan PERASAAN apabila didengar oleh orang-orang yang masuk dalam kriteria diatas.

Ketika kita tidak menderita seperti orang lain, bukan berarti kita tidak harus peduli dengan kehidupan orang lain disekitar kita. Malahan kepedulian itu diperlukan, apapun caranya, agar bisa sedikit menutup gap sosial di masyarakat.

Betul, bahwa Covid-19 ini membawa berkah dan rejeki bagi sebagian pihak yang harus disyukuri, contohnya apotek dan swalayan (penjualan masker, hand sanitizer, sabun dan perlengkapan kebersihan), toko bangunan (banyak orang memilih untuk merenovasi rumah ketika WFH), mitra gojek (orang-orang memilih makan dirumah) dan lainnya. Namun berkah ini merupakan dampak "positif" dari Covid-19 bukan karena seseorang merasa beruntung karena terinfeksi virus Corona. 

Cerita lain juga yang baru beberapa hari ini saya dengar, ada seorang dokter yang ayahanda tercintanya berpulang karena terinfeksi Covid-19. Kabarnya, ayahnya ini terinfeksi dari sang anak (si dokter) yang terpapar saat berkumpul bersama dengan teman-temannya.

Bagaimana tidak menyedihkan, sang ayah terpaksa dilepas (dikremasi) tanpa kehadiran anak tercinta yang mengisolasi diri di tempat prakteknya sedangkan sang istri mengisolasi diri di sebuah hotel untuk menghindari penyebaran yang lebih luas.

Begitulah gambaran bagaimana mungkin virus ini tidak terlalu serius untuk kita namun bisa meregut nyawa orang-orang tercinta disekitar kita yang tak lain disebabkan oleh kelalaian diri sendiri atau orang lain. Loh, kok orang lain? 

Berlanjut ke cerita selanjutnya kenapa orang lain bisa mengancam kehidupan atau usaha kita dalam pandemi ini. Pemerintah mencanangkan program 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Tapi apakah program ini efektif?

Menurut saya pribadi tidak efektif jika hanya segelintir orang yang melaksanakannya. Mengapa begitu?  Karena selalu ada celah dalam penyebaran Covid-19 yang tidak dapat kita hindari. Mari kita buat suatu skenario kecil. 

Di sebuah toko swalayan, sang pemilik toko menetapkan protokol kesehatan yang begitu ketat. Setiap karyawan dan konsumen dicek suhu tubuhnya sebelum masuk ke toko, dipersilahkan untuk mencuci tangan dan diwajibkan untuk selalu memakai masker saat berada di dalam toko. 

Namun rupanya protokol ini tidak berlangsung secara ketat di bagian pergudangan dibelakang toko tersebut. Para buruh supplier keluar masuk gudang saaat membongkar barang tanpa memakai masker. Ada seorang buruh yang rupanya terinfeksi Covid-19 namun tanpa gejala (OTG), tak sengaja batuk di dalam gudang dan meninggalkan "jejak" virus dibeberapa barang bongkaran (barang X). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun