Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Utilitarianisme dalam Keseharian

20 Mei 2019   21:38 Diperbarui: 20 Mei 2019   22:00 5786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena alasan itu, utilitarianisme menjadi jawaban atas tuntutan adanya etika universal. Kalau kita melihat bahwa utilitarian jauh lebih menjanjikan manfaat (maksimalisasi manfaat dan mengurangi penderitaan). Etika universal utilitarian malahan mencegah adanya konflik yang kemungkinan bisa saja dimunculkan oleh pelbagai kelompok yang mayoritas atau fundamentalis dalam sebuah kehidupan bernegara.

Lalu mengapa konsekuenalionisme menguntungkan? Karena ia sesuai dengan intuisi moral kita. Utilitarianisme terindikasi dalam pernyataan bahwa apakah tindakan bermanfaat atau tidak? Sehingga ia meninggalkan doktrin moral dan lebih dekat kepada kecendrungan pragmatisme. Pada dasarnya pengandaian moral tidak bersifat abstrak. Bertindak benar menentukan efek dari kehendak kita. Selanjutnya hal itu menegaskan bahwa ukuran tindakan moral tergantung pada siapa yang dirugikan. 

Kita dapat mengabil contoh homoseksual. Secara moral mereka tidak salah, karena tidak membawa dampak buruk bagi orang lain. Dengan alasan ini mereka tidak bisa disalahkan. Tindakan mereka juga bukan merupakan tindakan amoral karena tidak merugikan orang lain.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu membuat studi kritis lebih lanjut. Untuk membangun sebuah keadilan misalnya kita butuh prosedur yang betul baik, artinya benar-benar berangkat dari hasil tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kita butuh prosedur yang baik dan jangan sampai menyisahkan ekses buruk.

Bagaimana jika paham utilitarianisme dibawa dalam persoalan Euthanasia. Paham utilitarian hendaki menghabisi nyawa untuk mereka yang sakit parah dengan alasan agar kesulitan penanggugan biaya (alasan ekonomi) bisa dikurangi. 

Di sini dapat dilihat ada kesenjangan. Di satu sisi utilitarian memperjuangkan hak kesetaraan namun di sisi lain mereka telah melanggar norma moral dalam artian secara manusiawi hak orang yang sakit agar ingin sehat terabaikan.

Dari sudut pandang kaum utilitarian, euthanasia kalau memang memihak kebaikan banyak orang pastilah diterima. Utilitarian berhadapan dengan dirinya sendiri membenarkan tindakan euthanasia karena ia lebih mementingkan konsekuensi namun berhadapan dengan agama serentak berhadapan dengan benturan pelbagai nilai normatif agama, tindakan itu salah secara moral.

Namun, hal ini menjadi persoalan baru jika diartikulasi berdasarkan pandangan Imanuel Kant yang menelurkan etika kewajiban baik terhadap orang lain dan diri sendiri.

Pembenaran utilitarian terhadap praktik euthanasia tentu bukan suatu kebenaran mutlak karena ada filsuf yang melihat euthanasia sebagai amoral. Mengenai persoalan ini, secara mendalam dapat kita gali pada diri filsuf klasik, Aristoteles yaitu pada ajarannya tentang arte. 

Dari ajarannya tentang arte, euthanasia dapat dilihat sebagai jalan penderitaan yang dianggap benar. Arete sebagai orientasi yang mau dikejar sebenarnya berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Untuk sampai kepada kebijaksanaan ilahi itu orang mesti menderita.

Euthanasia sebenarnya berada dalam posisi tidak jelas entahkah ia dilarang atau tidak. Namun agama sebagai pemroduksi moralitas tentu melarang pelaksanaan tindakan itu karena hal ini berkenaan dengan kodrat. Lagi pula kita tidak bisa sendiri menentukan secara pasti kapan kita mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun