Mohon tunggu...
Michael CDN
Michael CDN Mohon Tunggu... -

" Kamu ada karena kami ada, Kamu berkuasa karena kami memberikan kekuasaan itu kepada kamu "

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Rampak Bedug, Khasanah Budaya Berbalut Religi

1 November 2016   19:08 Diperbarui: 1 November 2016   19:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Rampak bedug sedang beraksi (michael cdn)

Dari sekian banyak kekayaan bangsa indonesia yang tidak bisa ditandingi bangsa lain di dunia ini salah satunya adalah kekayaan seni dan budaya. Masing-masing provinsi di indonesia memiliki ciri khas seni dan budayanya masing-masing.

Kesenian Rampak bedug dari provinsi Banten merupakan kekayaan seni bangsa indonesia yang kerap hadir dalam setiap acara atau perhelatan besar di indonesia. Sejatinya kesenian ini diperuntukkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan saja, akan tetapi seiring perkembangan jaman dan kebutuhan industri pariwisata, maka kesenian Rampak bedug akhirnya menjadi salah satu suguhan dalam acara-acara penyambutan tamu penting, pembukaan festival budaya, dan acara-acara besar lainnya.

Secara harafiah, Rampak memiliki arti "serentak" jadi jika digabungkan dengan kata benda "bedug" maka kesenian Rampak bedug bisa diartikan memukul bedug secara serentak.

" Biasanya Rampak bedug terdiri dari tujuh buah bedug dan dilakukan oleh tujuh pria sebagai penabuh bedug. Akan tetapi karena kreativitas pelaku seni maka lambat laun kesenian ini menjadi pertunjukan atraktif yang bisa pula dilakukan oleh pria dan wanita secara bersamaan," terang Cecep salah satu pelaku seni Rampak bedug saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Nada dan irama yang dihasilkan dari tabuhan bedug secara serentak dalam kesenian Rampak bedug harus mewakili kekompakan para pemainnya. Biasanya Rampak bedug akan diawali dengan irama ketukan yang pelan dengan nada yang cukup sayup. Namun pada ketukan atau waktu tertentu para pemain akan menyisipkan hentakan-hentakan seirama yang cukup cepat dan kencang ibarat bagian chorus dalam sebuah lagu.

" Dulu Rampak bedug masih alamiah, jadi mengalir begitu saja asal kompak. Namun karena sekarang Rampak bedug juga sudah menjadi hiburan rakyat mengarah kepada pertunjukan profesional maka unsur atraksi dan irama pukulan para pemain membutuhkan sentuhan koreografer serta penata musik juga," lanjut Cecep lagi.

Karena kesenian Rampak bedug berawal dari sebuah kesenian menyambut bulan suci Ramadhan maka busana para pemain Rampak bedug adalah busana muslim bagi pria dan busana muslimah bagi wanita.

Pemain Rampak bedug dan Wadistra Rampak bedug (michael cdn)
Pemain Rampak bedug dan Wadistra Rampak bedug (michael cdn)
Pemain pria biasanya mengenakan pakaian model pesilat lengkap dengan sorban khas Banten dengan corak batik berwarna biru tua atau warna putih polos, Tapi tidak jarang untuk menambah unsur modern dalam busana maka sorban dapat diganti dengan warna hijau, ungu, maupun merah.

Sedangkan pemain Rampak bedug wanita kerap mengenakan pakaian khas tarian tradisional Banten dengan corak modern dan relijius. Rok panjang sampai dibawah lutut bercorak batik khas Banten dipadukan dengan celana panjang layaknya pesilat menjadi ciri khas busana penabuh bedug wanita. Untuk aksesorisnya bisa ditambah selendang yang dililitkan di dada ditambah sanggul yang terbuat dari rajutan benang semacam penutup kepala bagian belakang.

Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan jika Rampak bedug dimainkan oleh anggota TNI maupun Polri maka busana yang dikenakan dapat berupa kombinasi antara seragam TNI/Polri dengan bagian tertentu dari busana tradisional provinsi Banten.

" Ciri khas busana para penabuh bedug dalam kesenian ini yang tidak pernah hilang adalah ikat kepala biru tua maupun putih khas masyarakat Banten yang dikenakan oleh penabuh pria. Jadi dengan kata lain identitas daerah asal dari kesenian ini tetap ada selamanya," pungkas Cecep.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun