Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berlindung di Balik "Masa Lalu"

31 Oktober 2020   10:08 Diperbarui: 31 Oktober 2020   10:21 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh sederhana, kita mengikuti rangkaian seminar, pelatihan bahkan rangkaian "bootcamp". Kita terpukau oleh para narasumber, oleh para penyaji. Namun keterpukauan atas materi dan pembawaan yang kita dapat, itu sangat mustahil menjadi hasil atau menjadi produk ketika tak kita hadapi dengan tindakan (baca: follow up). Mengapa? Karena satu kali forum belajar (seminar, pelatihan dan sejenisnya), itu baru saja bekal sederhana. Selebihnya, kitalah yang menjadi sutradara untuk menjadi baik dan maju. Bukan menjadi pasukan "barho" (begitu buBAR langsung poHO).

Bismillah. Salah satu hakikat belajar adalah "the power of tekun". Artinya, meski mengubah kebiasaan atau mengubah "immage" diri itu tak sederhana. Namun waktu akan berbicara atas ketekunan yang kita tempuh. Waktu akan menampilkan layar-layar perubahan ketika kita memang mau bergerak.

Dan barangkali penting untuk kita memahami bahwa mengkaji masa lalu tidak sama dengan ilmu matematika. Tidak semua sebab akibat dari sebuah konteks itu selalu mutlak. Tidak sama dengan bahwa 2 ditambah adalah 4.

Mengapa bisa demikian? Pertama, karena setiap masalah, meski serumpun atau seranah atau bahkan setopik, tidak berarti persis satu alasan yang sama. Contoh, ada seorang anak yang pada akhirnya harus ditinggal tugas oleh ibu kandungnya. 

Yang satu, karena keterhimpitan ekonomi, sehingga sang ibu terpaksa harus menjadi TKI di negeri orang. Yang satu lagi, karena ditinggalkan untuk tugas profesioanal (tugas belajar, amanah lembaga, dan sejenisnya).

Anak pada konteks pertama, berada dalam kondisi keluarga yang terbatas ekonomi dan terbatas kasih sayang pula (misalnya, ada unsur pertengkaran kedua orang tua). Lalu anak pada konteks kedua, memiliki pengkondisian yang prima dari anggota keluarga pendukug saat harus ditinggalkan oleh ibunya untuk sebuah tugas.

Meski sama-sama ditinggalkan untuk sebuah tempo yang tak sederhana, namun terdapat perbedaan dalam pemenuhan hak rasa aman. Jadi, masalah dtinggalkan dalam hal ini tentu tak berarti akan menimbulkan dampak yang seragam.

Kedua, bagaimana faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap proses perubahan atau proses belajar seseorang. Kita yang pada saat berusia sekolah benar-benar sebagai anak yang malu-malu dan banyak ragu. 

Namun tanpa sadar pada saat masuk dunia kampus, tiba-tiba berada dalam ekosistem organisasi, di mana secara perlahan cara kita bersosial dan berkomunikasi pun berubah, dan immage diri kita di mata orang lain pun perlahan auotoberubah. Artinya, sekian banyak faktor nurture mengubah keberadaan kita, termasuk mengubah cara pandang, mengubah sikap, mengubah gaya bicara, megubah motivasi.

Ketiga, munculnya sebuah masalah, kadang-kadang tak bisa ditangkap secara kasat mata. Seperti seseorang yang memiliki latar belakang ekonomi berkecukupan, kasih sayang pun demikian. Bahkan pendidikan pun difasilitasi lebih dari jenjang sarjana. Namun kemudian saat dewasa tampil menjadi psikopat. Ini yang kemudian kita rasakan "tak masuk akal".

Alloohuakbar walillaahilhamd. Salah satu tugas kita sebagai makhluk adalah berupaya. Di saat yang sama, kita juga tidak diperkenankan mengabadikan sebuah kekurangan. Pun kepada anak kita. Kepada murid kita. Betapa korelasinya sangat jelas, di mana kita tak berhak mengatakannya bodoh, nakal, minder, pemalu, demotivasi, pemalas, disorientasi, tak punya bakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun