Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orang Tua dan Keterpaksaan "Menggombali" Anak

21 Mei 2020   11:50 Diperbarui: 21 Mei 2020   12:07 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh: Miarti Yoga

(Penulis dan Konsultan Pengasuhan

Mungkin kita pernah atau bahkan seringkali dihadapkan pada sebuah kondisi di mana buah hati "suliiiiit" sekali untuk melakukan apa yang kita mau. Contohnya, tidak mau mandi, tidak mau berhenti main "game", tidak mau berangkat sekolah, tidak mau minum obat, tidak mau tidur, tidak mau makan, tidak mau keramas, tidak mau meminta maaf, tidak mau berterimakasih.

Selain melakukan penolakan, anak-anak juga seringkali melakukan pemaksaan yang ia ekspresikan lewat tangisan, teriak-teriak, ngambek dan lain-lain. Contohnya; memaksa minta jajan, memaksa untuk dibelikan mainan, atau kadang-kadang memaksa hal-hal yang tidak logis sama sekali seperti merapikan kembali bungkusan yang sudah rusak menjadi utuh, menyambungkan benda/makanan yang sudah terpotong, dan lain-lain.

Menghadapi kondisi yang demikian, tentu kita sangat-sangat kesal bukan? Bahkan kadang-kadang ujian kesabaran seperti itu hampir meluluhlantakkan batin Anda untuk kemudian memarahi mereka.

Dunia anak memang dunia yang unik. Dan ketika kita menjadi orangtua, maka samudera pun sepertinya tak kan pernah cukup untuk menuliskan keunikan buah hati kita, termasuk hal-hal yang mengesalkan sekalipun.

Sebagai orang tua cerdas, untuk menghadapi masalah tersebut memang membutuhkan kreativitas berpikir.  Dan beberapa diantara bentuk kreativitas berpikir itu adalah;

Satu

Jadilah Orang Tua yang Pandai "Menggombal"

Menjadi boss bagi anak tentu saja sangat tidak bijak. Berbicara saklek dengan gaya otoriter -meskipun secara pagmatis bisa menjadi solusi-, juga bukanlah hal yang maslahat. Tetapi membiarkan anak berlama-lama dalam keadaan merengek atau meronta-ronta juga tidak baik. Oleh karena itu, salah satu cara cukup bijak adalah pantang menyerah untuk MEMBUJUK mereka dengan berbagai redaksi kalimat yang efektif dan mengalternatif. Lakukanlah dengan sabar dan sertai dengan bisikkan hati kita yang penuh harap.

Contoh, saat anak menangis hebat, sudah dibujuk masih belum reda. Sikap yang kit ambil adalah jangan terganggu, tetap beraktivitas dan fokus dengan aktivitas kita. Baru setelah dibiarkan sekian sampai sepuluh menit, kita raih hampiri lagi, kita raih lagi, dan kita ajak bicara baik-baik.

Contoh berikutnya, saat anak merengek sambil terus berkata-kata dan nyaris tak berhenti. Atau dalam kata lain, "mewiridkan" atau meneriakkan keinginannya. Maka untuk sementara tak perlu dihiraukan dulu. Kalaupun dorespons, cukup sampaikan kata "ya" atau "oke" atau "baik". Selanjutnya, kita bisa dekap ia dan kita ajak bicara baik-baik.

Contoh berikutnya lagi, saat anak menangis hebat sambil merusak beberapa barang. Maka buanglah rasa panik, tarik nafas yang dalam. Tatap dirinya yang tengah beraksi menangis hebat. Pastikan tanpa komunikasi lisan alias cukup beri tatapan saja. Setelah beberapa saat, baru hampiri sambil tawarkan atau tantang untuk melakukan yang lebih heboh dari itu. Namun tentu saja bukan dengan nada yang menekan. Namun dengan cara tegas.

Dua

Mengalihkan perhatian

Lihatlah kiri kanan depan belakang. Carilah objek yang kira-kira dapat mengalihkan rajukan atau rengekan mereka. Kalaupun pada saat itu tidak ada atau tidak terpikir objek apa yang mampu mengalihkan perhatian, kita bisa menjanjikan sesuatu. Misalanya, hari libur nanti akan Anda ajak  jalan-jalan ke suatu tempat, atau membeli sesuatu, dan lain-lain. Atau beberapa konteksnya bia kita lihat pada contoh berikut.

Ketika dalam perjalanan, anak duah mulai bosan dan tiba-tiba mengajak ke supermarket. "Eeeh. Adek. Cobah lihat, Dek. Itu ada menara kok tinggi sekali ya? Waaaaaah gimana caranya kita bisa naik ke sana ya?" InsyaAllah dengan langkah seperti ini, setidaknya dapat memancing anak untuk berdialog dan secara perlahan berhenti dari rewelnya.

Tiga

Berikan Syarat untuk Memenuhi Keinginannya

Memberi hadiah pada buah hati adalah salah satu indikator kebaikan. Tetapi perlu dipahami bahwa di dalam rengekan/rajukan seorang anak terdapat satu motif yang cukup kuat yaitu MEMINTA/MENCARI PERHATIAN. Sehingga bisa jadi, bukan SESUATUNYA yang dia inginkan dan ia harus dapatkan, melainkan sebagai bentuk dari luapan ketidakpuasan yang tidak lain adalah mencari perhatian. Oleh karena itu, untuk menghindari unsur PEMANJAAN terhadap anak, sebaiknya kita sertakan syarat.

Contoh :

"Ok Mama akan belikan. Tapi tolong, Kakak tidak menangis."

"Kakak boleh pilih mainan yang Kakak mau. Tapi Kakak tidak lupa sholat ya..."

"Mmmmm. Baiklah. Mama belikan mainannya. Tapi kakak harus tambah sayang sama mama ya. Kalau mama panggil, kakak nyahut ya. Terus kalau mama minta tolong, kakak ga usah ogah-ogahan yaaa."

Empat

Ingatkan dan Beri Mereka Perhatiaan tanpa Melukai Perasaannya 

Langkah yang satu ini juga sangat mutlak. Mengkomunikasikan pengertian kepada anak adalah gerbang pembuka untuk menjadikan mereka PAHAM dan SADAR. Langkah ini diberikan ketika keinginannya yang menjadi "bahan rengekan" itu sudah terpenuhi dan sudah  atau tengah mereka nikmati. Berikan kalimat-kalimat bijaksana pada mereka.

Contoh :

"Lain kali, Kakak tidak perlu menangis sepeti tadi ya... Kakak cukup bicara yang baik saja."

"Kakak sudah besar. Malu kalau masih harus merengek-rengek. Tidak diulang ya...!"

"Kakak udah mau punya adik. Malu kalau masih merengek-rengek kayak tadi. Gak diulang ya."

Lima 

Mintai Komitmen untuk Tidak Mengulangi

Poin ini hampir sama dengan poin yang kelima. Namun bedanya, poin ini adalah strategi kita untuk memberi PENEGASAN dan meyakinkan.

Contoh :

"Kakak janji ya... Lain kali tidak seperti itu lagi."

"Ingat ya.. Kakak tidak ulang lagi kesahalannya."

"Sampai di sekolah, jangan lupa bermaafan ya, sama teman."

Enam

Peluklah Tubuhnya dengan Hangat

Ingat, apapun bentuk "insiden"nya, maka tetap harus berujung pada kondisi HAPPY ENDING. Dan sadarilah bahwa, kesediaan mereka untuk melewati prosesi pemahaman dari poin pertama sampai poin keenam adalah hal yang luar biasa. Oleh karena itu, hargailah ia dan hadiahilah ia dengan gestur terbaik Anda (mengelus, mengusap, mencium, mendekap, dan sebagainya)

Demikian, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun