Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pilihan-pilihan

22 Oktober 2019   22:39 Diperbarui: 22 Oktober 2019   22:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa yang sebenarnya harus manusia pikirkan tentang hidup?

Bagi sebagian orang, kehidupan dimaknai dengan cara yang kompleks dan bagi sebagian yang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang sederhana.

Bagi seseorang yang memandang kehidupan sebagai materi kompleks, mungkin ia akan memikirkan sesuatu yang abstrak pada hal-hal yang terjadi pada dirinya. Ketika orang-orang seperti ini sedang berada pada situasi tertentu, otaknya akan terus dipaksa memikirkan kemungkinan-kemungkinan dan kekhawatiran yang akan memunculkan pertanyaan dan berakhir dengan menuntut jawaban dengan kompleksitas yang makin menjadi-jadi.

Jika hal-hal seperti itu benar-benar terjadi, kini yang jadi pertanyaannya adalah apa makna dari kata 'kompleks' itu sendiri? Apakah kompleksitas selalu berujung pada sesuatu yang ambigu? Jawabannya tentu bisa saja 'iya' ataupun 'tidak', tergantung pada tiap individunya bukan?

Oke, mari berhenti sejenak untuk membicarakan kompleksitas dengan segala turun temurun tanpa ujung ini.

Sekarang kita akan beralih pada pandangan orang-orang yang menganggap kehidupan sebagai sebuah materi sederhana. Bagi orang-orang seperti ini, kehidupan mungkin saja hanyalah ilusi.

Sebagian dari mereka bahkan hanya akan memaknai hidup sebatas proses bernapas dengan indikator jantung yang masih berdetak. Yang kemudian menarik untuk dipertanyakan adalah apakah menyederhanakan pemaknaan dalam hidup sama seperti menyepelekan kehidupan?

Bagi saya pribadi kedua pandangan di atas terlalu ekstrim, salah satu dari mereka terlalu condong ke kiri dan yang lain terlalu condong ke kanan. Seperti hanya ada dua pilihan antara hitam atau putih. Bukankah seperti kita melupakan warna abu-abu yang tercipta di antara kedua warna tadi?

Jadi, apa yang sebenarnya harus manusia pikirkan tentang hidup? Apakah warna hitam atau putih? ataukah kita harus menambahkan warna abu-abu dalam pilihan itu? Jawabannya akan saya serahkan pada masing-masing pembaca tulisan ini.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun