Mohon tunggu...
Mia Hs
Mia Hs Mohon Tunggu... wiraswasta -

Born this way

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusur Pesisir Jakarta (1): Jejak Portugis di Gereja Tugu

24 April 2012   06:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:11 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendapat ketiga : lebih mendekati pada latar belakang sejarah, yakni nama Tugu ada kaitannya dengan prasasti (batu bertulis) yang ditemukan di daerah ini, yaitu batu yang berbentuk bulat telur bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti ini berasal dari abad ke-5 Masehi dan merupakan salah satu dari tujuh prasasti raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara.

Gereja Tugu

[caption id="attachment_176598" align="alignleft" width="240" caption="foto : pribadi"]

1335186106326331306
1335186106326331306
[/caption]

Gereja Tugu adalah salah satu gereja tertua di Indonesia yang terletak di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun, tetapi para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678 oleh Melchior Leydecker, bersamaan dengan dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia.

Pada tahun 1737 dilakukan renovasi pertama dibawah pimpinan pendeta Van De Tydt, dibantu oleh seorang pendeta keturunan  Portugis kelahiran Lisabon yaitu Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers.

Tahun 1740 bersamaan dengan terjadinya Pemberontakan Tionghoa (Cina Onlusten) dan pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia, yang terjadi pada masa Gubernur Jendral Adriaan Valckenier yang berkuasa di Batavia pada tahun 1737-1741, Gereja Tugu hancur.

Kemudian pada tahun 1744 atas bantuan seorang tuan tanah Yustinus Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada 29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh pendeta J.M. Mohr.

[caption id="attachment_176587" align="alignright" width="300" caption="Foto : Pribadi"]

1335184636601984806
1335184636601984806
[/caption]

Areal Gereja Tugu sendiri mempunyai luas sekitar 1,5 hektar. Sebelum sampai pada bangunan fisik gereja, terdapat kuburan orang-orang Portugis, dimana anak keturunannya biasanya akan mendatangi makam pada saat menjelang natal. Sayang saat kami berkunjung pemakaman tersebut tampak kurang terawat, dilihat dari banyaknya rumput liar yang mulai meninggi.

Sampai saat ini gereja  yang berukuran 20x12 meter dan tinggi sekitar 8  meter berfungsi sebagai "GPIB Tugu". Gereja yang dapat menampung sekitar 300 jemaat ini terbilang unik,  tidak seperti bangunan lain yang biasanya menghadap jalan, Gereja  Tugu justru  menghadap sungai Cakung. Hal Ini semakin mengukuhkan bahwa, dulu, Cakung  merupakan jalur lalu-lintas transportasi air utama untuk menuju gereja.

[caption id="attachment_176759" align="alignleft" width="150" caption="foto : Pribadi"]

1335247305306567680
1335247305306567680
[/caption] Bergaya arsitektur Portugis, dengan jendela-jendela besar khas arsitektur Eropa, bagian depan bangunan dibuat teras dengan  empat tiang penyangga yang dikelilingi pagar kayu berwarna cokelat. Teras ini sendiri dulu berfungsi sebagai tempat duduk-duduk tuan tanah Justinus van der Vinck bila berkunjung ke daerah Tugu, sedangkan saat ini di teras terlihat majalah dinding yang memasang foto-foto kegiatan gereja. Atap gereja sendiri terbuat dari kayu bercat putih, sedangkan lantainya terbuat dari  keramik yang berwarna merah polos. [caption id="attachment_176594" align="aligncenter" width="574" caption="foto : pribadi"]
13351851531275818038
13351851531275818038
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun