Mohon tunggu...
Rahmah Chemist
Rahmah Chemist Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger - Product Photographer

Simple, challenge, suka nulis and fun. Temui saya di dunia maya... Blog: http://chemistrahmah.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Cerita Lucu Ramadan dengan Teman SMA

22 Mei 2018   21:54 Diperbarui: 2 Juni 2018   11:08 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Cerita Lucu Ramadan dengan Teman SMA - Saya masih ingat betul bagaimana angkatan kami ditunjuk sebagai panitia penyelenggaraan buka puasa plus tarwih di sekolah.

Waktu itu, fasilitas sekolah tidak secanggih sekarang. Kalau dulu kami harus saling membantu dukungan berupa alat-alat penunjang kegiatan di sekolah, sekarang semua serba ada. Bantuan untuk sekolah kami pun datang dari alumni-alumni yang memiliki ekonomi berlebih sehingga sejahtera-lah kalau saya bilang. Adek-adek tingkat sekarang jadi lebih bisa bereksplorasi dengan lengkapnya fasilitas. 

Ngomong-ngomong soal berbuka puasa di sekolah, saya ada satu cerita lucu yang sampai sekarang masih saja jadi bahan candaan teman-teman di grup alumni. Bahkan beberapa "pelaku"nya pun sudah berumah tangga dan (maaf) ada juga yang sudah meninggal dunia. Namun, semoga mengingat kejadian ini bukan berarti membuka aib-aib teman saya, hihi. 

Tetap Sahur karena Masih Gelap

Teman-teman panitia yang ditunjuk untuk menjalankan buka bersama ternyata harus mabit (nginap) di sekolah. Selesai tarwih bersama, masih bayak peralatan yang perlu dikembalikan dan itu tidak bisa malam itu karena kondisi penerangan sekolah yang masih minim. Akhirnya, untuk menjaga keamanan barang-barang tersebut, teman-teman panitia ada yang suka rela untuk nginap di sekolah. 

Kami yang tidak nginap mempertanyakan bagaimana soal sahur mereka? Apakah masih ada makanan yang bisa tahan sampai sahur tiba? Mereka pun menjawab, masih ada dan tidak perlu khawatir. 

Karena keesokan harinya adalah hari Ahad, maka kami yang tidak nginap tetap harus datang untuk memastikan barang siapa yang belum kembali, seperti alat makan, panci tempat lauk dan sebagainya. Betapa kagetnya saya dan beberapa teman yang datang hari Ahad itu, suasana ruangan dimana teman kami yang nginap tampak lengang. Kain gorden jendela pun masih seperti saat kami pulang pada malam harinya. 

"Jangan-jangan mereka telat sahur?!" gumam saya dalam hati kala itu. 

Saya pun bergegas untuk mengecek ke ruangan dimana makanan untuk disantap sahur disimpan. Daaan... benar rupanya, belum tersentuh sama sekali. Maka saya pun berlari ke ruangan dimana mereka tidur. Mengetuk pintu dengan keras namun tak ada jawaban. Untungnya salah seorang teman diberi amanah untuk memegang kunci karena akan membersihkan bekas buka puasa agar saat hari senin tiba, tidak ada yang menjadi pusat perhatian, khususnya masalah kebersihan. 

"Hei... banguuun! Kalian tidak sahur?!" teriak saya sehingga sontak beberapa teman yang nginap pun terbangun kaget.

"Tuhaaan... ketiduran kita! Eh mana makanannya. Sini kami makan."

"Lho, kan ini sudah pagi. Udah lewat makan sahurnya." jawabku.

"Sudahlah. Ambil saja. Toh ini masih gelap. Saya belum bisa melihat dengan jelas sehelai benang nih." jawab teman seolah membenarkan ucapannya untuk makan sahur di jam 7 pagi. 

Seketika mereka makan dengan cepat. Setelah itu baru mereka membuka kain gorden. Terik matahari sudah sangat menyilaukan dan saya yakin di mulut-mulut mereka masih ada rasa lauk dan bekas-bekas makanan yang tersisa. 

"Alhamdulillah... ini baru terang namanya. Saya sudah bisa melihat sehelai benang dengan jelas." ucap teman saya yang sama sekali tak ada rasa bersalah apapun karena sahur yang benar-benar jauh dari batas adzan shubuh. Bolehlah dibilang, mereka malah seperti habis sarapan.

Ketika saya menceritakan hal ini, sekelas teman-teman saya tertawa dan tidak menyangka akan seperti itu kejadiannya. 

Wudhu atau Minum?

Kisah ini juga masih dengan teman SMA. Hanya saja lokasinya berbeda. Kali ini tidak di sekolah tetapi di salah satu sekretariat sebuah komunitas yang mengajak anak muda untuk lebih mengenal Islam. Waktu itu diadakan pelatihan dari pagi sampai waktu buka selama 3 hari. Bayangkan betapa lelahnya kami sebagai peserta karena menerima materi tetapi tidak ada jeda lunch atau sekadar coffee break. Hanya ada jeda untuk shalat. 

Maka kejadian lucu ini terjadi di tempat wudhu. Karena tempat wudhu perempuan dan laki-laki tidak terpisah jauh (hanya dibatasi sekat), maka perbincangan teman kami yang laki-laki bisa terdengar di sebelah (tempat wudhu perempuan). 

"Eh, kamu dari tadi wudhu di sini. Khusyu' benar wudhu-mu, teman." ucap salah satu teman laki-laki.

"Ssst... jangan bilang siapa-siapa. Aku tidak kuat puasa. Haus sekali hari ini. Daritadi tidak tahan dengan godaan air wudhu ini." 

Haha... haha... haha... 

Suara kami tertawa ternyata mendahului reaksi teman kami di sebelah. Kami tertawa karena yang minum air wudhu itu adalah teman kami yang postur tubuhnya tinggi, berisi dan pastinya jadi idola siapa saja di sekolah. 

"Oh Tuhan... pantas saja dari tadi aku lihat kamu kumur-kumur tak selesai. Kumur tiga kali yang dibuang hanya sekali. Kamu minum rupanya." 

*** 

Ah, rasanya sangat ingin kembali di masa itu. Belajar puasa memang selalu punya cerita. Bahkan setingkat SMA pun masih saja godaan puasa itu amat berat. Dan kini setelah beranjak dewasa, godaan puasa tak lagi berat tetapi sangat berat. Bagaimana dengan puasamu, guys?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun