Mohon tunggu...
M Fajarun Amin
M Fajarun Amin Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Manusia

Menginginkan Indonesia Raya Lahir Batin selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menelaah Tata Logika Media Massa, Lebih Silent Killer mana DBD atau Covid-19 di Indonesia ?

19 Maret 2020   21:59 Diperbarui: 19 Maret 2020   22:22 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asal Mula Covid-19 

2020 merupakan tahun sinergis secara angka, ternyata belum lah seirama harmonis sinergisnya secara fenomena realita masyarakat dunia dan khususnya Indonesia tepatnya pada soal melindungi kesehatan masyarakatnya. Usai melewati tahun pesta demokrasi pada 2019 lalu yang cukup menguras banyak perhatian juga emosi negatif publik karena membeludaknya simpang siur hoax informasi. Akhir waktu belakangan ini muncul kembali keriuhan di alam media massa tentang Covid -- 19 yang telah ditetapkan resmi statusnya oleh WHO pada 12 Maret 2020 sebagai Pandemi atau transfer risiko penyakit lintas -- negara sebagai konsumsi publik yang relatif benar dan relatif keliru jika ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan secara rasional dan empirik dalam pemberitaannya di beberapa media massa / berbasis daring.

Pneumonia berat atau radang paru ini dengan nama penyakitnya Covid-19 (Corona Virus Diseases yang muncul pada 2019) atau SARS-CoV 2 yang pertama kali ditemukan kasusnya di Provinsi Hubei, Kota Wuhan Tiongkok sebagai Kota Pelabuhan terbesar ketujuh di daratan Tiongkok pada 31 Desember 2019. Kini telah menampilkan diri sebagai penyakit dari golongan virus mematikan yang sangat mencekam hampir untuk semua masyarakat pada berbagai tingkatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga Pemerintah dari setiap Negara terkonfirmasi positif kasus Covid-19, cepat meresponsnya dengan kebijakan masing -- masing. Misalnya, dengan diputuskannya kebijakan ekstrem Pemerintah setempat Tiongkok dengan Locking-down (Mengisolasi Kota) Provinsi Hubei, Kota Wuhan selama 14 hari untuk mengendalikan wabah dan memutus rantai penularannya sebagai tindakan pencegahan dengan dibarengi oleh perawatan supportif yang efektif pada penderita positif Covid-19 dan menerbitkan kebijakan larangan pergi ke luar negeri bagi seluruh warga Tiongkok untuk mencegah risiko meluasnya Pandemi global.

Perkembangan ketepatan penanganan Covid -- 19 di Indonesia saat ini

Kemunculan kasus positif Covid-19 di Indonesia bermula dilaporkan dari 2 Masyarakat Kota Depok yang dinyatakan positif menderita Covid-19 setelah pulang dari Jepang. Kasus positif ini muncul setelah terjadi perdebatan klarifikatif di media massa antara Professor Epidemiologi di Harvard TC Chan School of Public Health dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia beberapa waktu silam sebelum mencuatnya kasus positif tersebut di Indonesia. Sejak dilaporkan kasus positif pertama hingga hari ini. Telah banyak upaya keras serius non-kolaboratif yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; Utamanya ialah merujuk orang terduga terinfeksi Covid -- 19 kepada RS Khusus Covid-19 dan memberikan pelayanan perawatan isolasi supportif sebagai upaya percepatan penyembuhan bagi pasien serta pencegahan secara personal dengan menggalakkan pola hidup bersih dan sehat serta merajinkan upaya cuci tangan sesering mungkin setelah melakukan aktifitas yang kemungkinan berkontak langsung dengan patogen atau sumber kuman tanpa disadarinya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Dr. dr. Erlina Burhan, M,Sc., Sp.P (K) sebagai satgas Waspada dan Siaga Covid-19 PB IDI.

Memantau dan mencermati perkembangan laporan kasus pasien positif Covid-19 secara periodik dengan hanya fokus menerapkan pencegahan individual based orientation atau pencegahan berbasis perorangan, ternyata belum cukup efektif untuk mengendalikan dan menghentikan laju peningkatan kasus positif yang kian melonjak tak terkendali. Olehnya, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Satgas Penanggulangan Wabah Covid-19 PP IAKMI di kantor MIRACLE Building Jakarta Timur, Dr. Hermawan Saputra, S.K.M., M.A.R.S. dan Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M selaku Ketua Umum telah memaparkan 4 Strategi  Efektif pengendalian wabah dengan menyosialisasikan paradigma community health based perspektif kesehatan masyarakat dengan analisis matematik epidemiologi berbasis pemetaan wilayah, yakni:

  • IAKMI mendorong upaya amat serius Pemerintah untuk melindungi masyarakat dari ancaman Covid-19, termasuk menggalang kerjasama dengan berbagai pihak termasuk organisasi profesi dan kesepakatan dengan Badan Internasional.
  • Mendorong peran Promotif dan Preventif Puskesmas untuk secara aktif melakukan kegiatan Edukasi, Pemantauan dan Penanganan Covid-19 yang berbasis komunitas.
  • Mengajak para Pengurus Daerah sebagai Ahli Kesehatan Masyarakat se-Indonesia untuk memonitor dan mengevaluasi kebijakan pemerintah terkait kasus ini: melaksanakan berbagai kegiatan edukasi dan penyebarluasan informasi pencegahan Covid-19 ke Masyarakat: Menyediakan informasi terkini, ilmiah, berbasis bukti mengenai Covid-19 serta meluruskan berbagai hoax terkait yang beredar di masyarakat.
  • IAKMI terus berperan dalam menggalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan menghimbau kepada Masyarakat untuk terus menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat dengan melibatkan perguruan tinggi, organisasi profesi, sarana pelayanan kesehatan dan organisasi masyarakat terkait upaya bersama penanggulagan Covid-19, serta Pendataan dan Pemantauan perkembangan wabah secara epidemiologi berbasis bukti.

Perbandingan Kuantitatif Angka Kesakitan (Morbiditas) dan Angka Kematian (Mortalitas) antara DBD dengan Covid-19 per -- Maret 2020

Update perkembangan laporan kasus per-19 Maret 2020 dari Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Pemerintah saat menyampaikan konferensi pers di gedung BNPB Pusat Jakarta Timur, menyebutkan total kasus hari ini tercatat sebanyak 309 orang kasus positif setelah mengalami kenaikan dari 227 kasus dengan pasien yang meninggal tercatat sebanyak 25 orang.

Menyandingkan dengan kutipan update laporan kasus DBD dari Kemenkes per -- Maret 2020, tercatat terdapat sebanyak 17.820 kasus DBD di Indonesia dengan sebanyak 104 pasien meninggal.

Mencermati 2 jenis penyebab kematian pada konteks saat ini musim hujan di Indonesia. Berdasarkan data mentah di media massa yang belum divalidasi kebenarannya pada Kemenkes secara langsung. Menurutmu mana kah yang sekiranya lebih prioritas diatasi sebagai Public Health Concern, Apakah Covid-19 yang kemungkinan menyerang kelompok masyarakat kelas menengah ke atas atau kah DBD (persepsi kebanyakan: sbg penyakit kutukan langganan musim hujan) yang menyerang kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah? Cc: Pejabat Poeblik dan Pemimpin Rakyat.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun