Mohon tunggu...
Adik Manis
Adik Manis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

*A simple girl* *Penikmat & pelajar fenomena kehidupan*

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa tidak bahas politik lagi? menyesal pilih Jokowi?

20 Februari 2015   20:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mey, kenapa tidak bahas politik lagi? Nyesal pilih Jokowi?

1. Apakah dengan menyesal memilih Jokowi akan memberikan jaminan bahwa yang tidak saya pilih akan lebih baik dari Jokowi?

2. Di euforia pemilu kemarin, pada akhirnya saya mengakhiri pemilu dengan banyak introspeksi diri karena merasa saya memang banyak mengkritik. Bukan berarti saya menyesalinya karena saya masih memetik pelajarannya. Karena pelajaran yang paling saya ingat adalah pelajaran yang saya ambil dari kesalahan yang saya alami sendiri. Jadi kali ini, sebelum saya mengkritik, lebih baik jika saya belajar dulu biar tidak terlalu banyak salahnya. meski tidak menutup kemungkinan saya akan salah lagi. Sebab lebih baik salah daripada tidak belajar apa-apa.

3. Ketika sebagian besar orang sibuk mengkritisi Jokowi, saya memilih untuk mempelajari gaya kepemimpinan Jokowi yang tergolong baru dan cukup dimengerti jika beliau sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Di sini saya melihat adanya kerendahan hati seorang pemimpin dengan kesadaran yang tinggi bahwa ia memang menduduki jabatan tertinggi tapi sadar bahwa ia berada di bawah konstitusi, jadi tidak bisa begitu saja dijadikan sebagai kacung orang awam meskipun ia rela menjadi kacung.

Tak berarti bahwa para pengkritik salah dalam pandangan saya, sebab memang itu sudah porsinya. Sedangkan saya sendiri mengambil porsi yang sedemikian rupa, saya ke perpustakaan untuk mencari buku kepemimpinan. Dan banyak pelajaran penting yang saya dapat di dalamnya. Sehingga saya bisa memahami sudut pandang seorang pemimpin dalam menangani suatu masalah, bukan sudut pandang orang awam seperti saya yang belum pernah memimpin orang banyak.

Jadi, saya cukup mengerti bahwa seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, bukan berarti yang menganggap ia memiliki wewenang sepenuhnya tapi juga mengerti mengenai etika kepemimpinan seperti menghargai proses hukum dan sebisa mungkin menawarkan solusi win-win. Yang bersalah dimanusiawikan sesuai undang-undang yang berlaku, sang pemimpin aman & rakyat senang. Bukankah kita menganut ideologi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"?

Baiklah jika kita mengatakan, ini untuk kepentingan rakyat, jangan terlalu lama di situ saja. Bukankah presiden & jajarannya juga adalah rakyat? Setelah mereka kembali ke rumah mereka, mereka juga menjadi rakyat, punya sisi manusiawi yang perlu dimengerti.

Maka maaf jika saya mengatakan bahwa orang yang sering mengatakan bahwa pendukung Jokowi adalah orang yang mendewakan Jokowi adalah orang yang malah justru menuntut seorang Jokowi menjadi dewa. Sehingga hal sepele seperti kancing jas misalnya pun diributkan.

Kita yang tidak sabaran, menuntut Jokowi untuk membatalkan pelantikan kapolri. Seperti semudah membalikkan telapak tangan. Apa bedanya kita dengan calon kapolri yang kita anggap penegak hukum yang tidak menegakkan hukum ketika kita mendesak Jokowi untuk tidak menghormati proses hukum? Pernah masuk dalam dunia politik? Saya tidak pernah, dan saya yakin berada di posisi Jokowi tidaklah mudah & serba ekstra hati-hati apalagi masih baru.

Saya pikir, Jokowi sudah konsisten untuk memberlakukan program unggulannya yaitu revolusi mental. Sayangnya kita yang mendukung kemarin, memang belum siap untuk itu. Disuruh sabar saja susah. Revolusi mental merupakan program yang sebenarnya murah. tidak butuh dana besar seperti yang diminta Puan Maharani. hanya butuh modal kesiapan mental.

Saya menyesal pilih Jokowi?

Sama sekali tidak. Karena saya percaya akan kemampuan beliau, termasuk kemampuan menghadapi kritik, makanya saya tidak mengkritisinya karena sudah ada yang ambil bagian untuk itu dan itu sah-sah saja dalam proses demokrasi.

Maaf, jika saya mengatakan bahwa orang yang menyesal memilih Jokowi sebenarnya adalah orang yang sekedar ikut-ikutan di pemilu kemarin untuk memilih Jokowi. Bukan karena ia percaya diri akan apa yang ia yakini. Karena sejatinya keyakinan tidak akan tumbang hanya dengan satu permasalahan.

Saya pendukung fanatik Jokowi?

Biar lebih fair, lebih baik saya mengaku bahwa saya memang pernah merasa kecewa akan kebijakan beliau, tapi tentunya saya masih menyisakan optimisme dengan kesadaran bahwa banyak hal yang saya tidak mengerti dalam manajemen masalah dalam negeri ini sehingga saya perlu menurunkan ekspektasi saya yang terlalu berlebihan sebagai orang awam yang hanya ingin menyuruh-nyuruh pemerintah saja. Karena saya tahu benar, faktanya menjadi seorang Ronaldo yang gagal memasukkan bola tidak semudah menjadi penonton di rumah yang menganggap memasukkan bola itu mudah. Demikian pun menjadi presiden.

Dan akhir kata, untung orang awam seperti kita tidak menjadi presiden. Kalau tidak, bisa lebih rusak negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun