Mohon tunggu...
Meyla Tryana
Meyla Tryana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program studi Administrasi Pendidikan Universitas Jambi 2018

Administrator 2018

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memperkuat Bhineka Tunggal Ika Melalui Pendidikan Multikultural

14 April 2021   00:35 Diperbarui: 14 April 2021   00:59 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak dahulu kala bangsa Indonesia hidup dalam keberagaman. Kalimat Bhineka Tunggal Ika yang terdapat di lambang Negara Garuda Pancasila bukan hanya sebuah slogan saja melainkan melambangkan jati diri bangsa kita yang terdiri atas beragam suku bangsa, agama, bahasa, adat, dan budaya namun kita semua dapat hidup rukun secara berdampingan. Kita harus menjaga erat tali persaudaraan antar sesama, salah satu caranya dengan mempelajari pendidikan multikultural sejak dini.

Pendidikan multikultural merupakan penanaman pendidikan mengenai pemahaman keberagaman budaya para siswa. Pendidikan multikultural ini begitu penting untuk diajarkan disekolah sejak usia dini, tujuannya untuk menanamkan sikap simpatik, empati, respek, dan apresiasi terhadap penganut budaya dan agama yang berbeda. 

Dan diperkuat lagi dari pendapat Gorski dalam Budianta, (2003: 13), yang mengatakan tujuan dari pendidikan multicultural adalah untuk memfasilitasi pengalaman belajar sehingga siswa dapat mencapai potensi sebagai pelajar dan menjadi individu yang aktif dan peka secara sosial di tingkat lokal, nasional maupun global, dan menciptakan bangsa yang kuat, bangsa yang maju, makmur, adil dan sejahtera tanpa perbedaan agama, suku, ras, etnik maupun budaya. 

Penanaman pendidikan multikulturan pada peserta didik sering kita jumpai pada matapelajaran seperi mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), pelajaran Bahasa Indonesia, Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Saya terlahir dari ayah dan ibu yang asli keturunan suku jawa (jawa tengah), namun walaupun kedua orang tua asli orang jawa anak-anaknya tak dapat berbahasa jawa dengan fasih, hanya tau artinya saja tidak bisa mengutarakannya. Karena bahasa dari kecil yang di ajarkan kedua orang tua saya bahasa Indonesia dan Jambi.

Suku jawa terkenal sebagai suku yang paling banyak jumlahnya, tak hanya itu orang Jawa terkenal sebagai suku yang sopan dan halus baik itu dalam bertutur kata maupun dalam berperilaku. Namun banyak orang yang keliru dengan suku jawa. Mereka beranggapan jangan sekali-kali menyakiti orang suku jawa karena jika mereka sudah dendam dengan orang tersebut, mereka akan menggunakan hal-hal yang berbau mistis atau gangguan barang halus untuk mengguna-guna. 

Seorang pernah berkata kepada saya "Orang Jawa itu, dapat membunuh tanpa menyentuh". Menurut saya, seharusnya kita harus dapat lebih bijak dalam berspektif dalam hal apapun. Tidak semua orang Jawa yang seperti itu mungkin hanya beberapa oknum saja, dan tidak sepatutnya masyarakat beranggapan seperti itu karna hal ini mencakup seluruh etnik jawa.

Perbedaan di lingkungan sekitar merupakan hal yang sangat lumrah di Indonesia. Cara saya menyikapi "Solidarity in Diversity" atau Solidaritas dalam Keberagaman yaitu dengan cara bertoleransi, dimana sikap serta perilaku yang mengakui dan juga menghormati perbedaan baik itu dalam aspek keagamaan, etnis, budaya dll. Baik itu saat saya bersekolah maupun di rumah, saya tidak memilih-milih untuk berteman baik itu dari segi sesama suku maupun agama. Karena dengan bertoleransi perbedaan tidak dianggap sesuatu hal yang meresahkan namun hal yang harus kita hargai. 

Begitu juga dengan perbedaan di dalam lingkungan pergaulan, perbedaan ini yang membuat kita menjadi akrab di dalam kelompok, kita bisa sharing tentang etnik satu sama lain dan banyak mendapatkan pengetahuan. Jika kita hanya bergaul dengan sesama ras, kita tidak akan maju dan hanya stuck di tempat saja. Dan selama ini saya belum pernah merasakan diperlakukan berbeda baik itu dari segi etnis, suku, budaya, maupun agama. Baik itu dalam ruang lingkup di masyarakat sekitar saya maupun di sekolah, dan kampus. Mereka saling menghormati dan menghargai atas perbedaan tersebut.

Menurut saya, sekolah seharusnya menerapkan pendidikan yang berbasis multikultural. Pendidikan multikultural ini berfokus pada pembelajaran yang berupa menghargai sebuah perbedaan. Karena perbedaan bukanlah hal yang akan menjadi sumber perpecahan antar masyarakat melainkan hukum alam yang harus kita hadapi. Dapat kita lihat saat ini fakta yang sering muncul di berita elektronik maupun media cetak mengenai konflik antar ras, budaya, etnik, agama maupun sesama suku di Indonesia, untuk itu Pendidikan multikultural ini juga diperlukan bagi bangsa kita untuk mengurangi konflik yang terjadi dimasyarakat saat ini. Serta memperkuat Bhineka Tunggal Ika Melalui Pendidikan Multikultural.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun