Mohon tunggu...
Meutia Hayati
Meutia Hayati Mohon Tunggu... Freelancer - ibu rumah tangga

saya seorang yang senang belajar hal-hal yang baru, jalan-jalan dan makan enak.

Selanjutnya

Tutup

Book

Berjuang dan Dibuang, Sebuah Otobiografi Mohammad Hatta

19 Maret 2023   18:26 Diperbarui: 19 Maret 2023   18:28 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Judul: Berjuang dan Dibuang (Jilid kedua: Untuk Negeriku)

Penulis: Mohammad Hatta

Editor: Mulyawan Karim

Penerbit : Kompas

Tahun : 2011

"Diatas segala lapangan Tanah air aku hidup aku gembira.

Dan dimana kakiku menginjak bumi Indonesia,

disanalah tumbuh bibit cita-cita yang kusimpan dalam dadaku"


Berjuang dan Dibuang merupakan jilid ke-2 dari otobiografi Muhammad Hatta (Untuk Negeriku). Pada jilid ini beliau menceritakan perjalanan hidupnya saat menyelesaikan pendidikan doktoralnya dan kembali ke Tanah Air hingga dibuang ke Digul dan Banda Neira. Pendidikan doktoralnya diselesaikan di Rotterdam selama 11 tahun. Dalam kurun waktu tersebut Bung Hatta menekuni pendidikan dengan membaca banyak buku dan berdiskusi dengan profesor-profesornya tentang berbagai pemikiran filsuf dunia dan isu terkini. 

Terlihat dari jumlah buku yang beliau bawa kembali ke tanah air sebanyak 16 peti besi yang masing-masing berukuran setengah meter. Salah satu buku yang beliau pelajari adalah  Allgemeine Staatslehre karangan G. Jellinek tentang hukum administratif sebanyak 795 halaman. Kumpulan buku-buku ini selalu dibawa beliau saat pindah rumah bahkan saat di buang ke Digul dan Banda Neira. Selama pendidikan, Bung Hatta tetap memperhatikan perkembangan pergerakan kemerdekaan Indonesia dan dunia yang dituangkan dalam tulisan-tulisan di majalah Daulat Ra'jat.

Sekembalinya ke Tanah Air, kegiatan Bung Hatta dibagi antara menulis untuk Daulat Ra'jat, membantu menjadi advisur di toko Djohan Djohor milik pamannya serta berkeliling ke daerah untuk memberikan pendidikan politik bagi anggota Partai Pendidikan Nasional Indonesia.(PNI). Dalam satu kesempatan diceritakan bagaimana pertemuan beliau dengan Ir. Soekarno yang aktif dalam Partai Indonesia (Partindo). Dalam beberapa bagian diceritakan perbedaan pendapat antara Bung Hatta dan Soekarno tentang politik noon-cooperation yang mereka pahami. Noon-cooperation bermaksud tidak mau bekerja sama dengan pemerintah jajahan. Dan di negeri jajahan ia menolak schijn-parlement, Dewan Rakyat yang palsu, yang diciptakan oleh pemerintah untuk mengelabui mata rakyat.

Bung Hatta menceritakan bagaimana pergerakan tokoh-tokoh nasional selalu diawasi oleh pemerintah kolonial, hingga akhirnya pada tanggal 31 Juli 1933 Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang. Penangkapan tokoh-tokoh nasional terus berlanjut hingga pada tanggal 25 Februari 1934, Bung Hatta dan Bung Sjahrir juga ditangkap, lalu ditahan di penjara Glodok dan kemudian dibuang ke Boven Digul. Bung Hatta selalu menyemangati teman-temannya yang dibuang di Digul dengan berpesan "Selalu menjaga kesehatan, pikiran dan perasaan, jangan terganggu apa-apa, tetap menerima segalanya dengan hati yang tenang".  Selain meminjamkan buku-bukunya, beliau memberikan pelajaran kepada teman-temannya tentang ekonomi dan filosofi. Begitu juga saat dibuang ke Banda Neira, Bung Hatta tetap memberi pelajaran kepada anak-anak muda disana bahkan ada yang sengaja datang belajar dari Bukit Tinggi.

Dalam otobiografinya ini, Bung Hatta secara runut dan lengkap mencantumkan tanggal kejadian hingga waktu, bahkan hafal tulisan-tulisan beliau. Alur cerita yang disampaikan tidaklah membosankan dan disertai dngan foto-foto dari koleksi pribadi beliau. Dapat dibayangkan bagaimana rapinya beliau mencatat dan mendokumentasikan dari kejadian-kejadian yang ada, dari sejak kecil hingga akhir tuanya. Dari otobiografi ini, kita dapat belajar bagaimana seorang Tokoh Besar mengatur waktu dan mengumpulkan referensi-referensi sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bahkan tetap sesuai dengan masa sekarang.

Pemikiran-pemikiran beliau yang ditulis pada era sebelum kemerdekeaan ini, masih sangat relevan dan dapat menjadi panduan kaum-kaum muda dalam pergerakan politik saat ini. Beberapa pemikiran Bung Hatta yang disampaikan pada buku ini antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun