Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Menyerang dari Bawah, Bersih Lahir dan Bathin (Ratu Kidul)

2 Agustus 2017   13:01 Diperbarui: 2 Agustus 2017   13:03 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekuatan Laut, Koleksi Pribadi

"Jika selama ini kamu melihat segala sesuatu dari atas semua terlihat  jelas, maka pelajaran berikutnya adalah kamu melihat hal-hal detil dari  bawah. Jika dari atas secara keseluruhan bisa terlihat dalam wilayah  cakupan yang luas, maka tidak demikian dengan melihat dari bawah.  Melakukan penyerangan dari bawah hanya dapat menjangkau bagian demi  bagian, karena ada batasan-batasan yang membuat terbentur dan terhenti.  Ada tembok, ada bangunan, ada bukit, ada gunung. Jangkauannya sangat  terbatas. Biasanya ini dilakukan oleh kaum gerilyawan dengan pasukan  yang lebih sedikit".

"Melihat dari bawah lalu  menyerangnya membutuhkan kejelian menentukan titik sasaran yang akan  dituju. Masih diperlukan secara umum dari atas kamu memandang di mana  titiknya. Karena jika kamu serang dari atas, mereka sudah siap tameng  yang sangat tebal yang tidak bisa kamu tembus dengan segala kekuatanmu.  Tetapi tidak demikian dengan keadaan di bawah mereka. Jika di dalam  dirinya masih ada nafsu nikmat makan dan maksiat, maka bagian bawah  mereka akan sangat lowong, kelemahannya dari perilaku mereka sendiri.  Nikmat perut dan hal-hal di bawah perut yang akan membuat terjatuh  sendiri".

"Dan yang harus kamu lakukan adalah  menguatkan kakimu". Ratu Kidul diam sejenak, wajahnya menahan senyum.  Akupun ikut tersenyum, langsung terbayang tubuhku bagian bawah, terutama  bagian kaki yang sangat besar dibandingkan bagian tubuh lainnya. Gusti  Ratu tahu bahwa akan sangat sulit bagiku ke depan untuk berlatih bagian  ini, karena membutuhkan kelenturan kaki, dan tanggung jawabku adalah  mengecilkan ukurannya. Kami berdua sama-sama tersenyum. Wajahnya yang  ayu dengan aura semburat kuning keemasan membuat aku tersenyum sambil  terkesima, luar biasa kharisma dan kekuatannya. 

"Belajar  kanuragan perang itu memang tidak ada yang mudah, Nduk. Tetapi untukmu,  memang menjadi sangat tidak mudah". Lagi-lagi Gusti Ratu tersenyum,  kali ini bibirnya menyungging lebih lebar. Aku menunduk, menahan tawa  yang hampir tersedhak. Ternyata memang Khi Juru adalah murid Gusti Ratu  Kidul, dalam beberapa hal sifarnya sama, nyelelek dan ngenyekan. Bedanya  Ki Juru lebih terus terang dalam menyampaikan apa yang ada di  pikirannya, sedang Gusti Ratu Kidul lebih halus, sanepo. Tetapi bagiku  yang sudah paham dengan dunia nyek-nyekkan ini tetap saja mengerti  dengan jelas maksudnya. Kami berdua terdiam, akhirnya sama-sama tertawa.  

Tidak keras, tetapi hal ini adalah hal yang luar biasa dilakukan oleh  Gusti Ratu Kidul, seorang ratu yang demikian berkuasa bisa tertawa  bersama-sama denganku dalam sebuah hubungan yang sangat dekat. Aku  merasakan bahwa kami memang sangat dekat, sebagai seorang ibu dan  anaknya, bagaikan seorang sahabat yang bebas melakukan apa saja. Tetapi  aku paham, batas-batas mana yang boleh aku tembus dan yang tidak boleh  aku lewati, dengan penghargaan sebagai ratu dan sesepuh, aku menghormati  dengan segenap hatiku untuk semua yang sudah diberikan kepadaku.

"Kamu  harus berjalan kaki dalam waktu yang panjang tanpa henti, bergerak  dengan cepat dan semakin cepat, lentur dan luwes, cepat dan kuat. Semua  ini hanya bisa kamu raih jika kamu bisa laku prehaten tetapi tetap  bergerak, dan selalu bergerak seperti yang aku contohkan kepadamu". Gusti Ratu memberikan gerakan-gerakan peregangan yang sederhana, jika  diperhatikan maka contoh gerakan yang diberikan  adalah gerakan yoga sederhana tetapi penuh dengan energi yang harus dikerahkan. "Kamu harus  bisa berlatih seperti itu untuk membuat kamu sangat kuat dan sangat tegar, membentuk tubuhmu agar bisa sesuai dengan proporsinya, karena  keseimbangan bukan hanya pikiran dan perasaan, tetapi juga fisikmu". Terdengar suara Gusti Ratu tersedhak, aku kaget dan langsung mendongak.  Aku tertawa tertahan, melihat Gusti Ratu tersedhak karena menahan tawa,  mentertawakan keadaan fisikku yang jauh dari seimbang, jauh dari  proporsional, berantakan di sana-sini.

"Memasuki bagian  ini, kamu harus kerja keras, Nduk. Sangat sangat keras, bukan karena  pelajarannya, tetapi lebih karena latihannya". Lagi-lagi Gusti Ratu  berhenti sejenak dan diam. Aku sudah tidak mau mendongak lagi karena aku  paham, Gusti Ratu sedang menahan tertawa, membayangkan bagaimana  rekosonya nanti aku memulai semua gerakan yang banyak mengandalkan  jongkok dan plank, bersimpuh dan berjalan jongkok, semua menggunakan  gerakan kaki, tetapi posisinya setengah berjongkok. 

Dari sini aku  mengerti makna laku dhodhok, laku jengkeng dan semua hal-hal yang  dilakukan dengan posisi setengah berdiri tetapi tidak duduk, posisi ini  adalah posisi kewaspadaan tinggi, posisi siap untuk menyerang. Jika saja  di depanku ini bukan Gusti Ratu Kidul rasanya aku pingin misuh-misuh,  tetapi apa dayaku, memang demikianlah keadaanku dan aku hanya bisa  pasrah. Menjadi semakin lucu, ketika aku menyadari para sesepuh jauh di  belakangku tertawa dengan sangat pelan. Sumpah, aku tahu kali ini aku  benar-benar tak berkuthik di hadapan mereka. Aku menoleh ke belakang,  tanpa sadar aku tersenyum, dan terdengarlah tertawa lepas di sesepuh  seakan-akan mau mengatakan, sokuuuur. Hahahaha, kualat aku, kualat, baru  tahu rasa, aku memang susah jika harus berpantang. 

"Memang  laku itu ya semuanya, Nduk. Laku pikir dan laku perut, dengan tidak  kemproh makan semua yang disajikan di depanmu. Makanan enak itu belum  tentu baik untuk dirimu, dan kamu harus mulai memikirkan hal ini untuk  lengkah-langkahmu ke depan. Luwes itu juga harus cantik dan menarik.  Cantik itu juga harus kuat dan tangguh ditambah dengan kemampuan  berpikir yang mumpuni. Ini adalah prasyarat wajib yang harus kau penuhi  untuk menjadi pemimpin di jagad bathin. Tidak usah kau jawab tidak mau,  mahkota kebesaran sudah dipasang di kepala dan di lehermu. Semua  berwarna kuning emas, lengkap dengan batu intan bertahtakan berlian,  dengan dominasi warna hijau zamrud dan merah siam berinar sangat cerah,  terang tetapi tidak menyilaukan".

"Bersih itu semuanya,  bersih lahir dan bathin, juga bersih pikir dan rasamu. Perjalanan tahap  berikutnya baru dimulai, dan aku melihat engkau mau dan mampu  melakukannya. Bersiaplah, anakku". Gusti Ratu mengusap keningku. Langit  kuning bercahaya, semua pasukan pengiring Gusti Ratu bersiap penuh  siaga.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun