Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menanti

1 Agustus 2020   14:20 Diperbarui: 1 Agustus 2020   14:32 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lukisan wanita menanti sudarno (galeri-nasional.or.id/collecctions)

Meskipun aku adalah diam yang tidak bersuara
Dan tersembunyi dalam kata yang dirahasiakan
Tapi denyut nadiku adalah histeria
Yang menggebu bagai gelombang di lautan
Mungkin ragaku terpenjara
Tapi benih dalam hatiku telah berkecambah
Menembus himpitan bebatuan
Doaku telah kupanjatkan menuju tempatnya berlabuh

Meskipun aku adalah air yang diam di dalam gelas kaca
Dan tak kunyatakan inginku yang mendekam
Tapi nafasku adalah gelisah
Yang menderu bagai badai di samudera
Mungkin mulutku terkatub rapat
Tapi doa dalam hatiku telah terbang
Menembus jantung langit
Doaku telah bersemayam di pangkuan penerimanya

Sungguh tak kukatakan kerinduanku dalam kata
Tapi telah kekal tersimpan kasihku di dalam dada
Aku dapat mencium wangi mawar hanya dengan mengingatmu
Di hadapan cintamu aku telah terikat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun