Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aneka Rupa Teh Lokal di Rumah Kami; Menyambung Waktu, Menjaga Silaturahmi

10 Oktober 2025   16:04 Diperbarui: 10 Oktober 2025   16:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di rumah kami, teh bukan sekadar minuman. Ia adalah penjaga waktu, pengantar suasana, dan penyambung silaturahmi. 

Dari pagi yang sunyi hingga malam yang tenang, dari tamu yang datang membawa cerita hingga dapur yang menyiapkan penganan kecil, teh selalu hadir, diam-diam tapi bermakna.

Teh lokal bukan hanya soal rasa. Ia adalah warisan, kebiasaan, dan kadang, doa yang diseduh perlahan. Di tengah smart city yang sibuk dan cepat, secangkir teh menjadi ruang jeda yang jujur. 

Dan di rumah kami, teh hadir dalam berbagai rupa: Prendjak yang wangi, Kepala Djenggot yang tenang, Tong Tji yang menyapa, dan Sosro Heritage yang mantap.

Pagi Hari: Teh Prendjak, Wangi yang Membuka Hari

Setiap pagi, sebelum dunia mulai gaduh, saya menyeduh Teh Prendjak. Varian wangi yang hangat ini bukan sekadar aroma, tapi seperti salam dari Tanjung Pinang yang menyapa dengan lembut. Ia tidak membangunkan saya dengan gegap gempita, tapi mengajak saya bersiap dengan tenang.

Prendjak, teh di pagi hari, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Prendjak, teh di pagi hari, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

"Teh Prendjak bukan hanya minuman, tapi pengantar niat baik."

Diproduksi oleh PT Prendjak Abonatemen, teh ini hadir dalam berbagai bentuk, tubruk kuning dan biru, teh celup wangi, hingga teh tarik dan teh jahe instan. 

Namun saya tetap memilih yang sederhana dan hangat, karena di sanalah saya merasa disapa. Ia mengingatkan saya pada dapur lama, pada pagi-pagi yang penuh harapan, dan pada wangi rumah yang tak pernah hilang.

Menjelang Istirahat: Teh Hijau Kepala Djenggot, Penutup Hari yang Jujur

Menjelang malam, saya menyeduh Teh Hijau Kepala Djenggot. Rasanya bersih, aromanya tenang. Ia tidak bicara banyak, tapi tahu cara mendengarkan. Di cangkir hijau ini, saya menyeduh ulang hari yang sudah lewat, dan membiarkannya larut perlahan.

"Ia tidak menyuruh saya tidur, tapi mengizinkan saya istirahat."

Diproduksi oleh PT Gunung Subur Sejahtera, teh ini dikenal sebagai pelopor teh hijau lokal sejak 1940-an. Hadir dalam bentuk celup, bubuk, dan kemasan keluarga, Kepala Djenggot mempertahankan kesederhanaan dan kejujuran rasa. Ia membantu saya menutup hari dengan tenang, tanpa tergesa, tanpa sisa.

Saat Keluarga Berkunjung: Sosro Heritage dan Tong Tji Jasmine, Penjaga Silaturahmi

Ketika keluarga dan saudara berkunjung, saya menyuguhkan Sosro Black Tea dan Tong Tji Jasmine Tea. Teh hitam Sosro memberi rasa mantap untuk obrolan panjang, sementara wangi melati Tong Tji menyambut dengan kelembutan. 

Di tengah penganan kecil dari dapur rumah, kue basah, gorengan hangat, atau keripik buatan sendiri, teh-teh ini menjadi pengantar tawa dan cerita.

Tea Time bersama keluarga,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 
Tea Time bersama keluarga,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

"Teh tidak pernah menjadi pusat perhatian, tapi selalu menjaga suasana."

Sosro Heritage adalah varian premium dari PT Sinar Sosro, pionir teh botol Indonesia sejak 1940. Varian ini berasal dari satu kebun teh di Jawa Tengah, dikemas dengan elegan dan rasa yang kuat. 

Sementara Tong Tji, diproduksi oleh PT Gunung Slamet, dikenal dengan teh melati asli yang harum dan lembut. Kombinasi pucuk daun dan bunga melati menjadikannya teh yang menyapa tanpa mengganggu.

Penutup: Teh Lokal, Rasa yang Menyambung

Saya minum beberapa cangkir teh sehari. Saya minum dua cangkir yang rutin: satu di pagi hari, satu menjelang malam. Sisanya, saya seduh ketika ada yang datang membawa cerita. Karena teh bukan soal jumlah, tapi soal makna.

Tea time, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Tea time, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

"Saya tidak sedang minum teh. Saya sedang menyambung waktu, menjaga suasana, dan merawat silaturahmi."

Saya percaya bahwa teh lokal bukan hanya warisan rasa, tapi warisan suasana. Ia hadir di pagi yang sunyi, malam yang reflektif, dan siang yang penuh cerita. 

Teh teman bekerja, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Teh teman bekerja, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Dan di rumah kami, ia selalu tahu cara hadir, diam-diam tapi bermakna.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara & Penyesap Teh)

________________________

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun