Cold brew bukan sekadar kopi dingin, melainkan seni menikmati kesabaran dalam setiap tetesnya. Dari iced coffee, cold drip, hingga cold brew, semua memiliki proses dan cita rasa unik.Â
Artikel ini mengajak Anda menelusuri kisah, teknik, dan filosofi di balik segelas cold brew racikan pribadi yang menyegarkan.
Cerita Awal: Dari Kopi Panas ke Kopi Dingin
Bagi sebagian orang, kopi adalah energi pagi. Namun bagi sebagian lainnya, kopi adalah jeda yang menenangkan di tengah hiruk pikuk.Â
Kini, di tengah gelombang tren coffee culture, segelas kopi dingin, terutama cold brew, menjadi simbol kenikmatan baru: lembut, ringan, dan menyegarkan. Mari kita telusuri cerita dan rasa di balik segelas cold brew coffee.
Dahulu, sebelum era 2010-an, kebanyakan dari kita hanya mengenal satu cara menikmati kopi: diseduh dengan air panas, bahkan mendidih. Tak jarang kopi direbus langsung bersama air, hingga aromanya memenuhi dapur.Â
Jika ingin minum kopi dingin, ya tinggal tambahkan es batu ke dalam gelas berisi kopi panas. Praktis, sederhana, dan begitu membekas dalam kenangan masa lalu.
Namun, dunia kopi terus berkembang. Seiring populernya single origin coffee di kalangan anak muda, muncul pandangan baru: bahwa menyeduh kopi dengan air mendidih justru bisa merusak aroma dan cita rasa aslinya.Â
Dari sinilah bermula revolusi dalam cara kita menikmati kopi, dari yang serba panas, kini banyak yang beralih ke penyeduhan bersuhu ruang bahkan dingin.
Berbagai alat penyeduh pun bermunculan, dari yang tradisional seperti French Press, Moka Pot, dan Vietnam Drip, hingga yang lebih modern seperti V60, Siphon, Aeropress, dan Clever Dripper.Â
Dunia kopi seolah menemukan babak baru, di mana seni menyeduh menjadi ritual yang penuh makna dan karakter.
Kopi Dingin: Tren yang Makin Menggoda
Selain diseduh dengan air panas, kini kopi juga bisa dinikmati dalam bentuk dingin dengan proses yang sama menariknya.Â