Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Antara Sugar Coating dan Lip Service; Komunikasi Manis di Dunia Kerja, Etis atau Taktis?

5 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 6 Oktober 2025   06:33 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sugar coating & lip service. (Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI) 

Berbeda dengan sugar coating, lip service adalah ucapan manis yang tidak disertai niat, tindakan, atau komitmen nyata. Ia hadir sebagai pujian palsu, janji kosong, atau basa-basi yang hanya menjaga citra tanpa substansi.

Contohnya:

"Kami sangat menghargai kontribusi Anda," namun tak ada tindak lanjut, evaluasi, atau ruang pengembangan.

Lip service menciptakan budaya kerja yang penuh kepalsuan. Ia merusak kepercayaan, mematikan motivasi, dan membuat komunikasi menjadi transaksional. Di balik kata-kata manis, tidak ada niat untuk mendengar, berubah, atau memperbaiki.

Gen Z dan Penolakan terhadap Lip Service

Generasi Z sering kali dianggap terlalu blak-blakan, kurang sopan, atau tidak tahu etika komunikasi. Namun bisa jadi mereka hanya menolak budaya lip service yang tidak autentik. 

Mereka lebih memilih kejujuran yang kadang terasa kasar, daripada pujian palsu yang tidak bermakna.

Di sisi lain, mereka juga perlu belajar sugar coating sebagai bagian dari life skill: menyampaikan kebenaran dengan empati, bukan dengan bentakan. Karena komunikasi bukan hanya soal isi, tapi juga cara menyampaikannya.

Budaya Kerja: Apa yang Sebenarnya Kita Wariskan?

Di banyak organisasi, sugar coating sering disalahartikan sebagai lip service. Padahal perbedaan keduanya terletak pada niat dan konsistensi. 

Sugar coating menyampaikan kebenaran dengan kelembutan. Lip service menyembunyikan ketidaktulusan di balik pujian.

Jika kita membangun budaya kerja yang hanya menghargai kemanisan kata, tapi tidak memberi ruang bagi kejujuran dan proses, maka kita sedang menciptakan generasi yang pandai bicara tapi miskin makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun