Bayam, Branding, dan Perang Harga: Ketika Mie Sehat Jadi Medan Tempur
"Di rak sebuah minimarket Bintaro Jaya, dua bungkus mie hijau saling menatap. Yang satu datang dengan idealisme, yang satu lagi dengan strategi. Tapi siapa yang benar-benar peduli pada kesehatan kita?"
Awal Mula: Mie Hijau, Harapan Baru
Beberapa tahun terakhir, Lemonilo hadir sebagai angin segar di dunia mie instan. Ia bukan sekadar makanan cepat saji, tapi simbol gaya hidup sehat.Â
Tanpa pengawet, tanpa pewarna buatan, dan katanya... pakai bayam asli. Harganya memang lebih mahal, tapi banyak yang rela bayar demi hidup lebih baik.
Lalu datang Sedap Baked. Sama-sama hijau. Sama-sama pakai bayam. Tapi harganya? Separuh lebih murah. Distribusinya? Ada di mana-mana. Bahkan warung dekat taman Bintaro pun sudah jual.
Serangan Diam-Diam: Strategi "Killer Brand"
Sedap Baked bukan sekadar mie baru. Ia adalah strategi. Dalam dunia marketing, ini disebut killer brand, produk yang sengaja dibuat mirip kompetitor, tapi dijual jauh lebih murah dan disebar masif. Tujuannya? Bukan bersaing, tapi menguasai.
Bayangkan Lemonilo yang bertahun-tahun membangun citra sehat, tiba-tiba diserbu oleh versi "sehat" yang lebih murah dan lebih mudah ditemukan.Â
Konsumen awam bisa bingung: "Kalau sama-sama hijau dan pakai bayam, kenapa harus bayar lebih mahal?"
Perbandingan yang Menggugah: Dua Mie, Dua Jalan