Lemonilo hadir sebagai pionir mie sehat yang membangun citra lewat edukasi, komunitas, dan transparansi. Harganya berkisar antara enam hingga tujuh ribu rupiah per bungkus.Â
Konsumen tahu bahwa mereka membayar untuk proses yang lebih bersih, bahan yang lebih alami, dan nilai yang lebih jujur.
Sedap Baked tampil dengan kemasan hijau yang serupa, mengklaim menggunakan bayam, dan menyebut dirinya "baked tanpa digoreng."Â
Tapi harganya hanya dua ribu empat ratus hingga dua ribu tujuh ratus rupiah. Distribusinya jauh lebih luas, bahkan sudah masuk ke warung-warung kecil dan minimarket.
Narasi yang dibawa pun berbeda. Lemonilo mengusung nilai: bahwa makanan sehat adalah bagian dari gaya hidup sadar dan bertanggung jawab.Â
Sedap Baked lebih menekankan citra: tampil hijau, tampil sehat, tapi tanpa banyak penjelasan tentang proses atau komitmen.
Kita jadi bertanya: apakah mie sehat itu soal proses, atau sekadar kemasan? Apakah nilai bisa dikalahkan oleh citra? Dan apakah harga murah selalu berarti pilihan cerdas, atau justru jebakan branding?
Etika dan Fair Play: Siapa yang Bermain Bersih?
Dalam dunia bisnis, kompetisi itu wajar. Tapi ada batasnya. Meniru terlalu dekat, menurunkan harga ekstrem, dan memanfaatkan kekuatan distribusi bisa jadi bentuk predatory pricing, strategi yang bisa mematikan inovator kecil.
Wings Group, sebagai pemain besar, punya modal dan jaringan. Lemonilo, sebagai pionir, punya idealisme dan komunitas. Tapi jika pasar hanya melihat harga, idealisme bisa kalah.
Di sinilah pentingnya kebijakan publik yang berpihak pada inovasi sehat dan kompetisi yang adil. Pemerintah dan regulator perlu:
- Mengawasi klaim kesehatan yang beredar di pasar.
- Mendorong transparansi proses produksi.
- Melindungi pelaku usaha kecil dari dominasi pemain besar yang tidak etis.