Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Strategi Mie Sedap Baked Mengambil Pasar Lemonilo

3 Oktober 2025   08:43 Diperbarui: 3 Oktober 2025   10:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Killer Brand Strategic, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Tanpa intervensi, pasar bisa jenuh oleh produk "sehat semu" yang hanya menang di kemasan, bukan di kualitas.

Distribusi vs Dignitas

Wings Group punya kekuatan logistik luar biasa. Mereka bisa masuk ke warung, minimarket, bahkan toko kelontong di pinggir jalan. Lemonilo, meski inovatif, masih terbatas secara distribusi. 

Kondisi tersebut menciptakan ketimpangan struktural yang membuat konsumen sulit membedakan antara "mie sehat sejati" dan "mie sehat imitasi."

Kebijakan distribusi pangan sehat seharusnya tidak hanya bicara soal volume, tapi juga soal nilai. 

Pemerintah bisa mendorong kemitraan antara brand inovatif dan jaringan UMKM agar distribusi tidak hanya dikuasai oleh konglomerasi.

Konsumen Punya Kuasa

Di tengah perang ini, kita sebagai konsumen punya peran penting. Kita bisa memilih:

  • Mie yang benar-benar sehat, bukan sekadar tampil hijau.
  • Brand yang jujur dan transparan, bukan sekadar agresif.
  • Narasi yang membangun, bukan yang membunuh.

Karena di balik setiap bungkus mie, ada cerita. Dan kita berhak memilih cerita yang bermakna.

Penutup: Bayam Bukan Sekadar Warna

Mie instan mungkin sederhana. Tapi cara kita memilihnya bisa jadi cermin nilai hidup kita. Apakah kita memilih yang murah, atau yang bermakna? Apakah kita percaya pada proses, atau hanya pada kemasan?

"Bayam bukan sekadar pewarna hijau. Ia adalah simbol nilai. Dan nilai tak bisa dijual murah tanpa kehilangan makna."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun