Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Disney dan Kompas Ajaib yang Hilang

25 September 2025   21:45 Diperbarui: 25 September 2025   21:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Tantangan yang Mengintai

Ketidakpastian naratif, ketergantungan pada waralaba lama, persaingan streaming yang brutal, penurunan saham, dan ancaman regulasi hak cipta karakter klasik.  

Disney bukan hanya menghadapi pasar, tapi juga menghadapi dirinya sendiri.

Mencari Kompas di Tengah Kabut

Disney sedang berada di persimpangan sejarah. Ia bisa menjadi simbol pemulihan budaya global, atau tenggelam sebagai korban dari krisis nilai dan pasar.

Yang jelas, keajaiban tak cukup. Ia butuh arah. Ia butuh keberanian untuk mendengar kembali suara publik yang dulu menjadikannya legenda.

Disney & Kompas Ajaib yang Hilang,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Disney & Kompas Ajaib yang Hilang,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Dan mungkin, seperti dalam dongeng, kompas itu tak hilang. Ia hanya tertutup kabut. Tinggal menunggu siapa yang berani meniupnya kembali.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

_________________________

Catatan Penutup:  

Artikel ini bukan sekadar kritik terhadap Disney, tapi undangan untuk merenung: bagaimana kita menjaga ruang imajinasi bersama agar tetap inklusif, relevan, dan penuh harapan, tanpa kehilangan akar budaya yang menyatukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun