Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BI Turunkan Bunga, Kurs Rp16.800 Dijaga, Ekonomi Rakyat Diuji

25 September 2025   14:52 Diperbarui: 25 September 2025   14:52 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah bunga rendah ini diterjemahkan menjadi akses pembiayaan yang lebih inklusif dan terjangkau?

Karena jika suku bunga turun tapi kredit tetap tersendat, maka hattrick itu hanya tercatat di layar, bukan di ladang.

Dana Rp200 Triliun Digelontorkan: Stabilitas atau Simpanan?

Pemerintah telah menggelontorkan dana jumbo senilai Rp200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke lima bank Himbara. 

Dana ini sebelumnya mengendap di Rekening Kas Umum Negara di BI, dan kini dialirkan untuk memperkuat likuiditas dan mendorong kredit ke sektor riil.

Namun, seperti yang ditulis oleh Paktuo Irwan dalam artikel lainnya [2], pertanyaan mendasarnya tetap:  

Apakah dana jumbo ini benar-benar mengalir ke UMKM, atau hanya memperkuat kredit korporasi?

Data menunjukkan bahwa rasio alat likuid terhadap DPK melonjak di atas 20%, tapi pertumbuhan kredit hanya 7%. Artinya, likuiditas tinggi belum tentu berarti kredit mengalir ke pelaku usaha. Ada jeda antara kesiapan dana dan keberanian menyalurkan.

Mari kita tunggu, karena menggelontorkan kredit tentu tidak bisa dilakukan secara serampangan. Ia membutuhkan tata kelola, mitigasi risiko, dan keberpihakan yang jelas. 

Tapi justru di sanalah ujian sebenarnya:  

  • Apakah bank milik negara mampu menjembatani stabilitas makro dengan denyut mikro? 
  • Apakah dana publik yang digelontorkan benar-benar menyentuh publik yang paling membutuhkan?

Jika tidak, maka dana hanya mengalir di antara institusi, bukan di antara kehidupan.  
Dan ekonomi rakyat tetap menunggu giliran, di pinggir layar yang terus bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun