Di era Jokowi, narasi ekonomi dibungkus dengan optimisme pembangunan. Infrastruktur dan digitalisasi menjadi kata kunci, dan dukungan publik relatif stabil.
Namun di era Purbaya, gaya blak-blakan menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka ruang transparansi.Â
Di sisi lain, ia menabrak sensitivitas publik yang menuntut empati dan kehati-hatian. Reaksi masyarakat lebih cepat, lebih kritis, dan lebih emosional.
Penutup: Narasi yang Belum Selesai
Di tengah sorotan terhadap manipulasi data, sindiran terhadap kebijakan lama, dan gelombang kritik publik, Purbaya berdiri sebagai figur yang tak biasa.Â
Beliau tidak hanya membela angka, tapi membela narasi. Ia tidak hanya menyusun APBN, tapi menyusun ulang cara kita memahami ekonomi.
Pertanyaannya bukan lagi apakah data valid, tapi apakah data cukup untuk menyentuh realitas rakyat.Â
Dan di sinilah peran kita sebagai penulis, mentor, dan warga: menjaga agar narasi ekonomi tidak kehilangan hati.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
_________________________
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI